Peserta dan Fasilitator

 

Peserta dan Fasilitator

Peserta terdiri dari tim pengelola unit penelitian yang ada di perguruan tinggi masing-masing.

  1. Di dalam pertemuan tatap muka I yang diharapkan datang adalah Dekan/Wakil Dekan, Kepala atau yang akan menjadi Kepala lembaga, serta seorang Peneliti Senior. Jumlahnya 3 orang dalam masing-masing institusi.
  2. Dalam pertemuan tatap muka II: Peserta adalah 2 orang dari setiap lembaga.
  3. Dalam program jarak jauh, akan ada banyak peserta karena menggunakan metode in-service training.

Dapat dinyatakan bahwa program pengembangan ini bukan berbasis individual, namun kelompok.
 

Fasilitator :
 

  1. Ahli dalam mengelola unit penelitian
  2. Ahli dalam penulisan proposal dan penelitian
  3. Ahli dalam policy advocacy
  4. Technical Assistance dari donor agencies

Tujuan Kegiatan

  Tujuan Kegiatan

 

Kegiatan ini mempunyai sasaran kelompok yaitu unit atau lembaga penelitian yang mengembangkan penelitian kebijakan kesehatan. Dengan demikian peserta program pengembangan ini adalah tim yang mewakili perguruan tinggi. Ada beberapa tujuan yaitu:

  1. Mendukung pendirian pusat penelitian kebijakan kesehatan di berbagai universitas;
  2. Memperkuat tata kelola pusat penelitian kebijakan kesehatan yang sudah ada;
  3. Mendukung pusat – pusat penelitian untuk menyiapkan diri dalam penulisan proposal dalam menghadapi kemungkinan "call for proposal" dari dalam dan luar negeri.

Manfaat yang dapat diambil oleh unit penelitian adalah penguatan system tata kelola lembaga penelitian, mencari sumber pendanaan riset kebijakan, dan peningkatan kemampuan menyusun, melaksanakan riset kebijakan sampai ke pengelolaan advokasi kebijakan.

Deskripsi

  Deskripsi

Di sistem kesehatan yang terdesentralisasi di Indonesia, kebutuhan untuk melakukan penelitian kebijakan semakin besar. Sebagai gambaran berbagai kebijakan kesehatan tidak hanya diputuskan di level nasional, namun juga ada di propinsi dan kabupaten/kota. Di dalam UU BPJS ada pasal yang menyatakan kebutuhan untuk lembaga pengawas independen yang tentunya membutuhkan dukungan penelitian kebijakan. Di sisi lain berbagai donor semakin menekankan mengenai pentingnya bukti dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan kesehatan.

m1Tantangan pertama adalah belum terbiasanya peneliti di bidang kesehatan dan kedokteran menyusun dan melaksanakan penelitian kebijakan. Secara tradisi peneliti di bidang kesehatan menguasai metode penelitian epidemiologi, clinical trial, biomedik, namun jarang yang memahami ilmu-ilmu sosial sebagai dasar penelitian kebijakan kesehatan. Oleh karena itu sering terjadi "call for paper" untuk presentasi atau "call for proposal" untuk menyusun proposal riset kebijakan belum banyak yang dapat menanggapinya.

m2Tantangan kedua adalah lembaga yang meneliti kebijakan kesehatan secara independen belum banyak jumlahnya di Indonesia. Sebagian besar berada di universitas dan lembaga penelitian di pulau Jawa. Sementara itu kebutuhan penelitian kebijakan meningkat di seluruh daerah. Akibat yang terjadi adalah kemajuan perkembangan penelitian kebijakan kesehatan masih lambat. Jumlah peneliti kebijakan kesehatan masih terbatas di berbagai universitas. Sementara itu banyak universitas yang tidak mempunyai peneliti dan staf pendukung penelitian yang profesional serta jaringan kerja.

m3Tantangan ketiga adalah sumber daya keuangan untuk menjalankan riset kebijakan. Tantangan ini menarik karena mempunyai ciri-ciri seperti "telur dan ayam" dengan tersedianya peneliti. Dengan adanya kekurangan peneliti kebijakan kesehatan yang baik, maka kemampuan menulis proposal, melaksanakan penelitian, dan mempengaruhi proses kebijakan menjadi lemah. Sementara itu logika dan peraturan menyatakan bahwa sebagian dari anggaran program kesehatan, termasuk kebijakan besar seperti Jaminan Kesehatan harus dimonitor dan dievaluasi oleh lembaga independen. Dapat dibayangkan apabila 1% saja (tidak 5%) dari anggaran Jamkesmas dipergunakan untuk evaluasi dan monitoring, akan tersedia sekitar Rp 60 milyar setahun untuk program monitoring dan evaluasi. Kesempatan ini belum dipersiapkan secara maksimal.

Latar belakang tersebut di atas mendorong perlunya program pengembangan Kelompok Riset Kebijakan Kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Kedokteran. Mengapa di dua fakultas? Fakta Tantangan kebijakan menunjukkan bahwa akar Tantangan ada yang berada di dalam ilmu kesehatan masyarakat dan ada yang di ilmu biomedik. Oleh karena itu perlu pengembangan riset kebijakan di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Kedokteran. Atau kemungkinan lain, kedua fakultas di satu universitas diharapkan bekerja bersama untuk mengelola lembaga penelitian kebijakan kesehatan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Reportase 2 Oktober

The Knowledge Sector Conference 2012
"Tracing Indonesia New Path : Revitalizing Knowledge To Reduce Poverty"

2 Oktober 2012

Konferensi

Konferensi Knowledge Sector yang diadakan hari ini diHotel Aryaduta, diawali dengan pembahasan mengenai Tracing Indonesia New Path : Revitalizing Knowledge To Reduce Poverty dengan pilihan tema mengurangi kemiskinan di dalam masyarakat. Fokus penting dalam hal ini ialah memberdayakan sumber daya manusianya. Langkah ini dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan dasar dan pendidikan lainnya sehingga memberikan manfaat bagi semua orang. Peningkatan-peningkatan tersebut akan membawa dampak positif pada kesehatan, kesetaraan gender, dan lain-lain.

Peningkatan tersebut tidak lepas dari peran lembaga-lembaga penelitian yang memberikan kontribusinya dalam memberikan data yang akurat dan komprehensif. Penelitian dan pengetahuan dapat memberikan masukan kepada pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan sistem pendidikan dan kesehatan. Oleh karena itu, penelitian yang terfokus dapat membantu pemerintah untuk membuat kebijakan yang mensejahterakan masyarakat Indonesia.

Maka diperlukan peningkatan di bidang kesehatan dan pendidikan untuk mengurangi angka kemiskinan. Hal tersebut dilakukan melalui universitas dan lembaga riset yang ada. Lembaga penelitian dapat memberikan usulan yang independen dengan menggunakan bukti-bukti yang ada. Saran dari lembaga penelitian yang kompeten akan memberikan kualitas data dan analisis yang terjadi di dalam masyarakat sehingga dapat membantu mempengaruhi kebijakan publik yang kelak akan mensejahterakan masyarakat Indonesia.

Press Conference

Debat dan dialog yang akan dilakukan pada hari kedua (3-4 Oktober) akan memberikan gambaran tentang investasi untuk sektor pengetahuan dan pendidikan. Menurut para pakar internasional dan think tank (lembaga kebijakan) terkemuka, pengetahuan dan penelitian merupakan pendukung penting dalam pembangunan negara-negara bekembang dan bependapatan menengah. Fokus dari konferensi ini adalah "Menyusuri Jejak Baru Indonesia : Revitalisasi Pengetahuan Untuk Pengentasan Kemiskinan" melalui penelitian yang berkelanjutan untuk menumbuhkan perekonomian dan pembangunan di Indonesia. Kesejahteraan Indonesia di masa depan akan bergantung dalam pengelolaan dan pemanfaatan pengetahuan oleh para pimpinannya.

Dalam dialog tersebut akan dibahas mengenai perencanaan strategis apa yang akan dilakukan dalam membentuk sebuah lembaga penelitian yang komprehensif. Knowledge sector akan memberikan perencanaan strategis di dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini. Selain itu, strategi ini akan membantu untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah di bidang kesehatan dan pendidikan. Penelitian yang pernah dilakukan diharapkan tidak hanya menjadi pencapaian seseorang ataupun lembaga tertentu tetapi dapat memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah demi kesejahteraan masyarakat Indonesia (Ika).

 

r3okto

eHealth in the Americas

PAHO/WHO KMC Seminar Series:

" eHealth in the Americas "

Website: bit.ly/S7uTe3

The Member States of the Pan American Health Organization approved in 2011, the implementation of a Regional eHealth Strategy and Plan of Action to all the countries in the Americas Region. One of the key elements of the strategy is knowledge and information sharing among member states and stakeholders.

The proposed KMC Seminar series on eHealth aim at contributing to this important debate by bringing different themes of relevance and key players working on eHealth globally to ensure knowledge sharing among people and institutions and convergence in the implementation of eHealth National Strategies and plan of actions; and also to inform public health stakeholders and other decision makers in the health sector, to better take part in the debate.

Seminar Nº1: eHealth and The Rockefeller Foundation Experience and Vision

By Karl Brown, Associate Director, Applied Technology at Rockefeller Foundation

Karl Brown joined the Rockefeller Foundation in 2006. As Associate Director of Applied Technology, Brown is focused on the application of information technology to the programmatic work of the foundation. He is working on exploring and nurturing imaginative uses of technology by Rockefeller grantees, and improving collaboration and knowledge management within the Foundation.

Prior to joining the Rockefeller Foundation, Brown worked as the Chief Technical Officer of GNVC, an NGO that fostered entrepreneurship in Ghana . Previously, Brown was a technical team lead with Trilogy, where he developed and deployed enterprise systems and consumer-facing websites for Fortune 500 companies such as Ford and Nissan. Brown received a Bachelor of Science in Computer Science from Stanford University and a Master of International Affairs from Columbia 's School of International and Public Affairs.

When            : Friday October 5th. 2012
Language     : English
Time             : 2:00 pm – 3:00 pm - EST ( Washington , DC USA ) To check your time zone, see the World Clock

Virtual room : http://www.paho.org/virtual/ict4health

Agenda

2:00

Welcome Remarks - Marcelo D’Agostino KMC Area Manager PAHO/WHO

2:05

eHealth and The Rockefeller Foundation Experience and Vision
Karl Brown, Associate Director, Applied Technology at Rockefeller Foundation

2:30

Comments, Questions & Answers
Moderator: PAHO/WHO

3:00

Concluding Remarks :
Marcelo D’Agostino KMC Area Manager PAHO/WHO


To participate online:

To login to the Virtual session, use the link below and type your name on the sign in page:

URL: http://new.paho.org/virtual/ehealth
 

Related material:

PAHO/WHO eHealth portal: http://new.paho.org/ict4health

CD51/13 — PAHO/WHO Strategy and Plan of Action on eHealth
CD51/13 — OPS/OMS Estrategia y Plan de acción sobre eSalud
CD51/13 — OPAS/OMS Estratégia e Plano de Ação para eSaúde
CD51/13 -- OPS/OMS Stratégie et Plan d'action sur la cybersanté
 

Additional information:

·  The KMC Seminar series will happen every two months
·  All Seminars will be life-streamed, and opened for participation via Elluminate, or via telephone line.
·  For those who cannot follow the live seminar, we will have the recordings and presentations available at

Knowledge Sector Conference

"Knowledge Sector Conference"

Developing Influential Think Tanks: what does it take to be one?'

Arya Duta Hotel, Jakarta

2-4 October 2012

Hosted by AusAID

Reportase Hari I  Reportase Hari II  Reportase Hari III

Lembaga kajian strategis memiliki kesempatan untuk dapat terlibat dengan pembuat kebijakan. Mereka menghadapi berbagai tantangan untuk membangun mereka sendiri menjadi semakin kuat dan berkesinambungan. Banyak perjuangan untuk menemukan sumber dana yang berkelanjutan dan menjaga dengan baik perpustakaan dan fasilitas.

Jadi apa yang membuat sebuah lembaga kajian strategis menjadi kredibel dan sukses? Dibalik semua itu banyak hal yang dapat dicapai untuk menuju kesuksesan dari lembaga tersebut.

Maka melalui "Konferensi Knowledge Sector" akan menyelidiki semua bahan-bahan kunci yang ada di dalam pemikiran para pemimpin Lembaga Kajian Strategis di seluruh dunia; mulai dari bagaimana memepertahankan dan merekrut staff yang baik, menjaga jaringan dengan akademisi ataupun organisasi sipil lainnya, media dan pemerintah: perencanaan strategis, profil institusi, mekanisme jaminan kualitas dan model pembiayaan.

Dalam memantapkan pencapaian pembentukan lembaga Kajian Strategis maka pada hari kedua diadakan Workshop mempersilahkan lembaga kajian strategis yang berasal dari Indonesia untuk berbagi pengalamannya menjadi lembaga kajian strategis yang sukses dengan mitra di luar negeri.

Sasaran dari kegiatan yang bertema "Membentuk Lembaga Kajian Strategis yang Berpengaruh" akan difasilitasi oleh tim dari INSPIRIT yaitu membahas langkah-langkah pembentukan sebuah lembaga kajian strategis (think tank) yang mapan serta memiliki pengaruh terhadap perumusan kebijakan publik di Indonesia. AusAID akan mengundang para pemimpin kajian lembaga strategis yang berasal dari Indonesia dan luar negeri untuk berbagi pembelajaran mengenai kepemimpinan, tantangan pendanaan, proyek lawan pendanaan inti, agenda penelitian, independensi, dan manajemen secara umum dari lembaga kajian strategis.

Melalui Knowledge Sector Program tujuan utama AusAID ingin memperkuat kebijakan lembaga riset atau Lembaga Kajian Strategis di Indonesia. Aksi program belajar menunjukkan bahwa perencanaan strategis memberikan lembaga kajian strategis kesempatan keleluasaan untuk fokus pada isu-isu. AusAID berharap melalui pertemuan ini akan membantu lembaga kajian strategis dapat menampilkan keberhasilan mereka dan mempelajari praktik-praktik dalam meningkatkan organisasi mereka menjadi lebih baik serta dapat memberikan pengaruh pada kebijakan supaya lebih baik.

TIMING

TOPIC

EXPLANATION

09:30 – 10:00

REGISTRATION

 

10:00 – 10:30

Opening of ‘TRACING INDONESIA’S NEW PATH: REVITALISING KNOWLEDGE TO REDUCE POVERTY’

Jacqui De Lacy (Head of AusAID Indonesia)

BAPPENAS: *Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana (State Minister for National Development Planning/Head of BAPPENAS)

Prof. Dr. Pratikno (Rector, Gadjah Mada University)

10:30 – 11:00

Key Note: Greg Moriarty, Australia’s Ambassador to Indonesia

‘Indonesia at the Crossroads’

11:00 – 11:30

Morning Tea & Press Conference for AusAID; BAPPENAS; UGM

11:30 – 12:45

SESSION I: KNOWLEDGE AND INDONESIA’S FUTURE PROSPERITY

Moderator/ Host: Irma Natalia Hutabarat

Flash talk: Indonesia in the Global Knowledge Economy, (Anies R. Baswedan, Paramadina University)

TALK SHOW:

  1. Fasli Jalal (Former Vice Minister of Education and Culture)
  2. Dewi Fortuna Anwar (VP Office)
  3. Edwin Utama (BCG)
  4. Martine Letts (Lowy Institute)

12:45 – 13:45

Lunch

13:45 – 14:15

Angklung: Performance and Interactive Play

14:15 – 15:30

SESSION II: DEMOCRACY AND DEBATE: THE ROLE OF KNOWLEDGE

Moderator/Host: Desi Anwar (Metro TV)

Flash talk: Rizal Sukma (CSIS)

TALK SHOW:

  1. Denny Indrayana (Wamen HUKUM HAM)
  2. Hari Azhar (Wakil Ketua Komisi XI DPR, Harry Azhar Azis)
  3. Nicolas Ducote (Argentine Republic)
  4. Yuna Farhan (FITRA)

15:30 – 15:45

Afternoon Tea

15:45 – 16:45

SESSION III: INVESTING IN RESEARCH FOR INDONESIA’S FUTURE

 

Moderator/Chair: Bima P. Santosa (Paramadina University)

 

Flash talk:Suahasil Nazara (TNP2K)

TALK SHOW:

  1. *Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, M.S. (Vice Minister, Kemendikbud)
  2. Martin Lardone  (expert on research financing)
  3. Fritz Simandjuntak (Rajawali)
  4. Sangkot Marzuki (AIPI)

16:45- 17:00

Closing Remarks – Where to next for Indonesia’s Knowledge Sector?

Petra Karetji (AusAID)