How has the flu virus infected the Web? 2010 influenza and vaccine information available on the Internet

nandy

Knowledge Management merupakan upaya dalam mengelola pengetahuan untuk pembuatan keputusan. Misalnya terkait search engine yaitu yahoo dan google yang me-manage pengetahuan yang dikonsumsi masyarakat awam. Namun, keduanya tidak mengolah data tersebut, sehingga ada yang kredibel dan tidak, ungkap dr. Rossi Sanusi, MPA, PhD moderator dalam diskusi bulanan kali ini (23/10/2014).

dr. Nandy Wilasto, salah seorang konsultan PKMK memaparkan hubungan antara penyebaran informasi virus influenza yang ada di internet dan resepsi (penerimaan) yang diterima masyarakat. Jurnal Biomed yang dipublikasikan pada 29 Januari 2013 dan ditulis oleh Loredana Covolo, Silvia Mascaretti, Anna Caruana, Grazia Orizio, Luigi Caimi dan Umberto Gelatti. Mereka bekkerjasama dengan IT lokal di Italia untuk meneliti konten dan akses media dalam penyebaran informasi terkait flu. Metodenya bisa direplikasi untuk isu terkini, jadi bagaimana situs ini menyediakan info yang tepat guna dan tidak.

Latar belakang penelitian, pandemic flu 2009-2010, resiko vaksinasi tidak optimal, internet sebagai sumber info kesehatan. Investigasi karakteristik situs yang menyediakan info dan kualitasnya, Seleksi yang dilakukan delapan kata kunci yang dipergunakan-seputar vaksin dan flu. Eksklusi yang digunakkan dalam penelitian ini ialah website yang tidak berbahasa Inggris, yang membutuhkan login, website yang hanya berisi tautan, web yang kontennya tidak dapat diteliti dalam tiga kali klik dan yang berisi bukan tentang manusia, serta web yang ditujukan untuk professional kesehatan. Kemudian, web yang tidak diteliti ialah web 2.0 (blog, media social dan forum), web yang menayangkan artikel popular, web dengan file tunggal (pdf, ppt).

Untuk Indonesia, penelitian ini masih sulit dilakukan karena rata-rata masyarakat belum menguasai bahasa Inggris. Namun, gerakan untuk vaksin ini sudah terlihat seperti misalnya muncul akun Facebook Gerakan Sadar imunisasi. Gerakan pro imunisasi atau vaksin ini juga dilakukan di Nigeria, ialah Kalimah Usman (38th) yang melakukan kampanye di tahun 2003, yaitu mari polio karena terjadi penentangan terhadap vaksin. Jadi Nigeria terpecah menjadi dua, yaitu utara (Muslim) dan Selatan (Kristen), boikotnya di Utara, vaksin polio oral ditolak karena: tidak percaya ada manfaatnya, dianggap tidak penting, tidak nyaman dan penentangan merupakan protes terhadap dunia barat. Ada isu juga jika vaksin diberikan yang bukan muhrim maka dianggap haram.

Namun, ada pula anti vaksinis Indonesia, diantaranya, Henny Zainal (pro asi dan kekebalan alami) dan Siti Fadilah S (tidak sepakat dengan virus flu burung yang diteliti di luar dan vaksinnya dijual mahal di Indonesia), serta grup Facebook Ummu Salamah Al Hajam (pengobatan alamiah-Thibbun Nabawi).

Nandy sebagai pembahas jurnal ini menyampaikan bahwa Youtube dapat diteliti oleh ilmuwan Indonesia karena menayangkan pro dan kontra terhadap vaksin, misalnya video akibat tidak vaksin maka terjadi komplikasi campak jangka panjang.

dr. Rossi Sanusi menyatakan Google dan Yahoo dipilih yang rangkingnya tinggi karena ada protocol/algoritma yang bekerja ketika kita mengetik melalui keyword tertentu dan bisa jadi sering dikunjungi juga. Judul jurnal ini cukup catchy, sedikit popular dan dijelaskan secara ilmiah, sehingga menarik banyak pihak. dr. Tiara Marthias, MPH menyampaikan bahwa facebook (FB) lebih viral dibandingkan dengan web status. Viral merupakan penyebaran info yang cepat dan luas melalui web 2.0. Dhini Rahayu Ningrum menutup diskusi dengan pernyataan, jika penelitian ini dilakukan di Indonesia, makaharus ada kolaborasi antara Depkes-antropolog, Kementrian Informasi dan Komunikasi. Jurnal tersebut dapat disimak di sini http://www.biomedcentral.com/1471-2458/13/83 (wd).

  Materi Presentasi

Diskusi Bulanan Kesembilan PKMK FK UGM

dikusibulananseptDiskusi bulan ini mengangkat tema evidence informed decision making dan disampaikan oleh dr. Yodi Mahendradata, M. Sc., PhD. Moderator diskusi ini ialah dr. Rossi Sanusi, MPA, PhD. Kegiatan tersebut telah berlangsung pada Selasa (30/9/2014) di Laboratorium Leadership, IKM, FK UGM. Paper yang dibahas berasal dari Canada, dengan judul asli Building capacity for evidence informed decision making (EIDM) in public health: a case study of organizational change. Paper ini mengajak kita terbang ke Kanada, EIDM ini menjadi prioritas di Kanada. Hampir seluruh instansi disana menggunakan EIDM. Asumsi umum yang berkembangan yaitu ada satu evidence based yang menganggap bahwa riset merupakan hal yang paling utama, namun ternyata di Kanada mereka mengharapkan tidak mendewa-dewakan riset, sehingga pemerintahnya mengarah ke EIDM, misalnya dalam menentukan dasar program.

Namun, ada salah satu hambatan dalam pelaksanaan EIDM ini, yaitu staf terlalu sibuk mengerjakan hal-hal lain, sehingga mereka harus melakukan hibah waktu untuk khusus mengerjakan EIDM. Studi EIDM ini dilakukan dalam jangka panjang, yaitu sepuluh tahun atau Kanada mempunyai renstra dari tahun 2009-2019. Rentra mereka untuk pengembangan kapasitas EIDM. Dokumentasi mereka banyak sekali menghasilkan materi khusus untuk EIDM, misalnya kerjasama dengan pihak luar dengan mengalokasikan anggaran yang sangat besar untuk EIDM.
Hasil studi kasus menunjukkan kata kunci utama antara lain: leadership, struktur organisasi, dan human resources. Melalui paper ini, perubahan manajemen bermanfaat dan meng-handle berbagai reaksi, dan mereka harus bekerjasama. EIDM banyak sekali menuai kritik, banyak pula yang menuntut agar EIDM ini dievaluasi dan ditinjau ulang,

Untuk menyimak presentasi dr. Yodi, silakan klik Materi

Sesi Diskusi

Budi Eko menanyakan faktor utama mana yang perlu terlebih dahulu dioptimalkan sehingga memicu factor lain agar bisa meningkatkan produktivitas? dr. Yodi menjawab faktor leadership yang perlu ditingkatkan, kemudian, yang dapat memacu adalah pucuk pimpinan, sehingga dapat mendorong / memotivasi staf / bawahannya, dan harus all out, tidak cukup hanya leader saja, semua faktor pelu ditinggkatkan. dr. Rossi menyatakan, apakah perlu, kepala dinas dilatih, contohnya di Bantul dengan angka kematian ibu meningkat, Hal ini perlu menjadi pertimbangan. Yodi menjawab, ada satu kasus yang dipelajari untuk public health, yaitu banyak kritikan dalam EIDM, contohnya bagaimana capacity building dilakukan. Dini mempertanyakan kekuatan transparannya seperti apa? dr. Yodi menjawab, jika jelas terlihat diskursus maka secara eksplisit menjadi basis penelitian. Kemudian, di Inggris misalnya parlemen yang mengharuskan evidence based policy untuk menyikapi policy advice. Jadi, jika ada kebijakan yang tidak berbasis bukti namun memiliki alasan kuat, tinggal merujuk konsiderasi.

Kemudian, tema untuk diskusi bulan depan ialah Health Research Profile (Oktober 2014).

 

Workshop Policy Brief

Reportase lain :   Hasil Kegiatan Policy brief

Sesi bedah buku Kebijakan Kesehatan Prinsip dan Praktik oleh Dr. Dumilah Ayuningtyas

dumilah26septHari ketiga ini para peserta lebih banyak dilibatkan dalam latihan pembuatan policy brief. Acara diawali dengan sesi bedah buku yang dipresentasikan oleh Dr. Dumilah Ayuningtyas, MARS. Beliau membedah kebijakan kesehatan dilihat dari sisi prinsip (text book) dan praktik yang disajikan dalam beberapa contoh kasus. Isu yang diangkat adalah mengenai hubungan pusat dan daerah maupun hubungan policy maker dengan akademisi maupun peneliti.

Beberapa topik yang dibahas dalam bedah buku ini meliputi pengembangan kebijakan kesehatan yang menjelaskan tahapan dan pendekatan pengembangan kebijakan serta pembuatan kebijakan. Pemahaman mengenai proses pengembangan kebijakan menjadi penting untuk melahirkan proses yang benar dan meningkatkan efektivitas kebijakan tersebut. Tahap selanjutnya adalah menganalisa kebijakan yang dapat dilakukan dengan riset terapan untuk mendalami masalah dan isu kesehatan masyarakat serta menemukan solusinya. Dalam implementasi kebijakan tentunya melibatkan pula para pemangku kepentingan. Perlu batasan yang jelas siapakah pemangku kepentingan dan bagaimana perannya dalam kebijakan kesehatan. Selain itu analisa lingkungan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan kebijakan bidang kesehatan mempunyai pengaruh yang penting dalam mempengaruhi kebijakan kesehatan.

Fungsi kontrol dengan monitoring dan evaluasi perlu diterapkan pada proses pengembangan kebijakan agar implementasi kebijakan dapat berjalan dengan baik dan menjawab permasalahan yang menjadi dasar terbentuknya kebijakan. Selain itu dengan adanya evaluasi seharusnya dapat memperjelas seberapa jauh kebijakan dan implementasinya dapat mencapai tujuan. Peran rekomendasi dan advokasi kebijakan juga memegang peranan penting karena dengan adanya rekomendasi kebijakan yang baik akan membawa penguatan pada proses pengembangan kebijakan.

Pembahasan dari topik-topik tersebut mendapat tanggapan dari beberapa peserta. Mereka memberikan tanggapan bahwa penting untuk memastikan bahwa policy brief sudah pro public. Ada pula peserta dari Polewali Mandar yang menceritakan kondisi di daerahnya bahwa pengaruh legislatif sangat besar dalam pengambilan keputusan di daerahnya. Bahkan keputusan pemilihan lokasi puskesmas juga ditentukan oleh legislatif daripada pemerintah daerah setempat. Selain itu saran untuk penulis adalah menambah contoh-contoh kasus agar pembaca lebih paham dan untuk perbaikan dari buku ini ke depan.

Kebijakan Kesehatan : Prinsip dan Praktik
Dumilah Ayuningtyas

  Materi      Video

 

Policy Brief Mereformasi Kebijakan Publik

LT 26septTahun 2014, Indonesia merayakan euforia pemerintahan baru. Politisi kuda hitam dan putih berlari di senayan mencari rumput hijau. Apakah kita akan menjadi Indonesia yang lebih baik? Akademisi sebagai tombak pendidikan harus dilibatkan. Harus ada revisi terhadap peraturan perundang-undangan maupun Perpres.

Akademisi memberikan evidence based terhadap kualitas undang-undang, apakah akan diganti atau direvisi. " policy brief salah satu cara untuk memberi masukan untuk pemerintahan baru", kata Prof Laksano Trisnantoro, MSc.,Phd saat diskusi pengembangan policy brief untuk pemerintahan baru di UNPAD, Jumat (27/9/2014).

Board PKMK FK UGM ini mengungkapkan undang-undang bisa menjadi sesuatu yang tidak sempurna ketika ada tekanan politik dan waktu. Undang-undang diketok dalam kondisi yang tidak ideal. Seharusnya akademisi bisa dilibatkan untuk menjembatani masalah ini. Akademisi membuat policy brief berdasarkan evidence.

Kenyataannya, terdapat jarak peneliti dan pembuat kebijakan. Peneliti tidak dilibatkan dalam pembuatan kebijakan. Situasi ini akan memperburuk kualitas penyusunan regulasi di Indonesia. JKKI menjadi lilin sebagai penerang masalah ini.

Saat ini Jaringan kebijakan kesehatan indonesia berkumpul di UNPAD. Anggota JKKI menyusun policy brief untuk pemerintahan Jokowi. Policy brief yang disusun dari 7 Pokja yaitu kebijakan Pelayanan kesehatan, kebijakan pembiayaan kesehatan, kebijakan kesehatan ibu dan anak, kebijakan HIC/ AIDS, kebijkan gizi, kebijakan kesehatan Jiwa masyarakat, kebijakan pendidikan SDM kesehatan, dan kebijakan pelayanan kesehatan. Policy brief lemah di pelaksanaan monitoring dan evaluasi kebijakan. Oleh karena itu diperlukan strategi jitu untuk mengatasi fenomena ini oleh para ahli kebijakan.
 

Penyusunan Policy Brief untuk pemerintahan baru
Laksono Trisnantoro

  Materi      Video

HOW TO WRITE A POLICY BRIEF - IDRC

  Materi

 

 

 

Diskusi Peran Perguruan Tinggi dalam Kebijakan dan Riset

Mubasysyr Hasan Basri, MA memulai Diskusi Peran Perguruan Tinggi dalam Kebijakan dan Riset pada Rabu (25/9/2014) dengan memaparkan pengayaan dalam komponen policy, implikasinya perlu dimatangkan. Namun dengan pertemuan nasional ini sudah luar biasa. Hasil pertemuan nasional ini akan dalam bentuk policy brief. "Tetap harus ada contoh yang senior untuk sebagai leader dalam berbagai policy issues, harapannya paper-paper yang di follow up, perlu ada tim yang dapat mempersiapkan hal ini", ungkap Mubasysyr. Perguruan tinggi diharapkan ikut dalam non-rational process, political process yang lebih diutamakan.

Forum ini berdiri untuk menjembatani jarak antara akademisi dengan pengambil kebijakan. Banyak yang bisa dijadikan studi berikutnya dari hasil forum ini. Politik memang tidak bisa dihindari, namun ada sisi lain yang bisa dijadikan possibilities. Prof. Laksono Trisnantoro, PhD menyampaikan pengalaman dunia policy making seolah-olah tanpa perguruan tinggi, penelitian sudah bisa berjalan. Namun dari presentasi Anung Sugihantono dan Armida Alisjahbana pada Rabu (24/9/2014) menyatakan bahwa pemerintah membutuhkan perguruan tinggi. Indonesia memerlukan peneliti-peneliti muda yang kuat. Namun isi policy brief tetap harus rasional, kita sepakat bahwa perguruan tinggi perlu meningkatkan peran.

Akan ada penyusunan Policy Brief per Pokja (ada tujuh) dan akan dilakukan advokasi setelah forum ini. Penulis policy brief ini bukan berasal dari Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia (JKKI), melainkan ada penanggung jawabnya masing-masing (pribadi / lembaga). Forum tiga hari ini adalah awal dari proses advokasi. Berbagai policy brief dapat dipergunakan berbagai lembaga penelitian dan universitas untuk melakukan advokasi ke pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota.

Kemudian, ada hal lain yang terungkap, Dr. dr. Deni K Sunjaya, DESS meminta tanggapan adanya "organisasi berbentuk" untuk JKKI. Prof. Laksono menyatakan, bentuk JKKI sendiri memang ada yayasan tapi secara hukum belum kuat, terutama apabila menerima sejumlah dana. Organisasi tanpa bentuk ini memang agak repot. Ilsa Nelwan, dr. MPH menyatakan JKKI sebaiknya terbuka untuk ber-partner dengan anggota di luar negeri (ke depannya) untuk pengembangan organisasi.

Dr. Elsa P. Setiawati, dr, MM, program Kemkes tentang rujukan layanan primer tanggapannya baik, sehingga optimis untuk pertemuan ke depannya. Kebanyakan peneliti ada di perguruan tinggi. Terkait dengan jangkauan dan peserta yang jauh baik dengan paperless. Ini merupakan satu forum yang untuk para dosen juga perlu "cum". Full-Paper yang masuk perlu di masukkan dalam ISBN, bisa untuk kenaikan pangkat. Untuk yang online bisa dengan ISBN e-journal.

Sementara, liputan Forum Nasional ke-V ini menggunakan teknologi multi media (paperless) untuk menjangkau peneliti dan pengambil kebijakan di seluruh Indonesia, melalui website : www.kebijakankesehatanindonesia.net  Kemudian, usulan dari Universitas Andalas untuk pertemuan tahun depan : dua hari meeting di Padang kemudian tour di Bukit Tinggi , menulis policy brief di Riau pada September 2015.

Reporter: Sealvy Kristianingsih

 

Keynote Speech

Sesi Pleno 1-2   sesi paralel  

Prof. dr. Armida Alisjahbana, SE
(Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas)

keynoteArmida Alisjahbana dalam sambutannya sebagai keynote speech mengatakan menyambut baik Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia V ini, yang mana bisa mengumpulkan hampir semua pemangku kepentingan dari pembangunan kesehatan. Sementara dari kegiatannya juga meningkat dengan topik-topiknya yang terus berkembang tidak hanya isu-isu di pembangunan bidang kesehatan saja yang dibahas secara mendalam diantara lintas profesi dan lintas pemangku kepentingan tetapi diikuti dengan upaya tindak lanjut- tindak lanjut diantaranya dengan membuat policy brief, yang akan disampaikan kepada para perumus kebijakan terutama baik pusat maupun daerah. Armida juga mengatakan dari segi timing FJKKI V ini juga timely.

Armida mengatakan bahwa kemarin sore ditemui oleh tim transisi yang dipimpin oleh Rini Sumarno untuk segera menindaklanjuti penyusunan arah RPJMN yang tahap ini. Selanjutnya Armida akan menyerahkan laporan untuk penyusunan RPJMN 2015-2019. Relevansi Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia V ini untuk memberikan sumbang saran yang berarti termasuk bagi perumusan RPJMN tahun 2015-2019 khususnya untuk prioritas nasional di bidang kesehatan. "Silakan memberikan masukkan ke Bappenas karena Bappenas secara Undang-Undang adalah badan yang resmi untuk menyusun RPJMN sesuai dengan visi dan misi presiden terpilih".

Referensi RPJMN adalah (1). evaluasi dari implementasi apakah yang sudah dilakukan pemerintah selama ini (dapat dilihat dari RPJMN 2010-2014 dan untuk jangka panjanag RPJPN 2005-2025) dan spesifik apa arahannya khusunya bidang kesehatan. (2) evaluasi dari RPJMN 2010-104 yang sedang berjalan diberbagai bidang termasuk kesehatan. (3) series dari background studies bidang kesehatan yang sudah dilakukan oleh bappenas selama 1 tahun penuh pada tahun 2013 yang lalu. (4) aspirasi masyarakat. Keempat referensi ini yang membentuk rancangan teknokratik yang sudah dilakukan oleh Bappenas, kemudian rancangan teknoktratik ini yang akan di-adjust dengan visi misi presiden terpilih.

Pencapaian MDGs Indonesia, goes 4 adalah menurunkan angka kematian anak, goes 5 adalah peningkatan kesehatan ibu, dan goes 6 adalah memerangi HIV/AIDS, TB dan Malaria. Dalam 4 indikator MDGs 4, 2 indikatornya offtrack. Untuk indikator MDGs 5, dari 6 indikator 1 indikatornya off track, yaitu kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dimana AKI Indonesia pada tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup (sdki 2007) namun AKI Indonesia pada tahun 2012 naik menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk MDGs 6 tidak ada catatan dari Armida

Dalam sambutannya Armida menekankan agar peneliti dan para ahli yang berasal dari lintas disiplin dalam Forum Nasional Jkki V memberikan perhatian pada dua indikator MDGs 4 yang offtrack yaitu kematian bayi per 1000 kelahiran hidup, dan kematian balita per 1000 kelahiran hidup. Offtrack ini berfungsi untuk membantu kemajuan pencapaian tujuan. Sertamemperhatikan implementasi desentralisasi daerah (peran pemerintah daerah), dan pemberdayaan masyarakat. Menurut Armida, masih ada sesuatu yang missing pada dua hal ini, yang harus diketahui.

 

  Video

 

 

Notulensi Forbes Indonesia Healthcare Summit 2014

Notulensi Forbes Indonesia Healthcare Summit 2014
Ritz Carlton, 18 September 2014

Healthcare summit 2014 ini diselenggarakan oleh Forbes Indonesia, yang merupakan anak perusahaan dari Mayapada Group, bekerjasama dengan Roche Pharmaceutical.
Kegiatan ini dihadiri oleh top executive dari berbagai rumah sakit, serta berbagai stakeholder kesehatan di Indonesia. Aylie Widjaja, GM Roche Indonesia, dan Justin Doebele, Chief Editor majalah Forbes Indonesia, membuka Health Care Summit 2014.

Sesi 1: Healthcare Landscape and Its Development in Indonesia

Ada empat pembicara dalam sesi ini, yaitu Prof. Hasbullah Thabrany dari Universitas Indonesia, Prof. Laksono Trisnantoro dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Fahmi Idris sebagai Kepala BPJS, dan Claudia Suessmuth Dykerchoff sebagai Direktur McKinsey.

Prof. Hasbullah Thabrany dalam diskusi panel menjelaskan salah satu permasalahan BPJS, yaitu kurangnya sumber daya, baik fasilitas kesehatan maupun – sumber daya manusia. Hal ini diperparah lagi dengan belum bergabungnya seluruh fasilitas kesehatan ke dalam BPJS. Kekurangan sumber daya ini menyebabkan pasien menumpuk di fasilitas-fasilitas kesehatan yang telah bergabung dengan BPJS. Proses ini memang baru berlangsung selama 8 bulan, tetapi pada tahun 2015, mau tidak mau seluruh fasilitas kesehatan harus mau menerima pasien JKN. Menurut Hasbullah, jika swasta bisa berkembang baik, maka pemerintah tidak perlu lagi menyediakan fasilitas kesehatan, karena swasta dengan sendirinya akan berusaha mengisi pasar dan bersaing dalam hal mutu dan biaya. Pemerintah bisa mengelola dana untuk pelayanan kesehatan.

Dr Fahmi Idris menyebutkan tantangan utama JKN adalah adverse selection, yaitu ketika sebagian besar pasien yang terdaftar di JKN adalah mereka yang sakit dan miskin, sementara hanya sebagian kecil pasien yang berusia muda dan sehat. BPJS harus berusaha untuk mendorong kelompok masyarakat yang muda dan sehat ini untuk masuk kedalam program JKN. Saat ini masyarakat tidak terlalu percaya dengan kualitas pelayanan kesehatan, terutama di puskesmas dan pelayanan primer lainnya. BPJS harus berusaha untuk membuat masyarakat percaya bahwa sistem JKN ini adalah sistem terbaik untuk Indonesia. Di samping itu, tantangan lainnya adalah proses pendaftaran di kantor-kantor BPJS juga sudah overload. Saat ini sudah dikembangkan sistem e-registration, akan tetapi juga masih bermasalah. BPJS berusaha memperbaiki sistem e-registration tersebut. Perusahaan asuransi swasta tidak perlu khawatir dengan keberadaan BPJS, karena BPJS tidak bersaing dengan asuransi swasta.

Prof. Laksono Trisnantoro dalam diskusi panel tersebut menekankan pada pentingnya memahami landscape kesehatan Indonesia. Secara politis JKN ini bagus untuk pemerintah, tetapi kita harus menyadari bahwa Indonesia itu negara yang besar, dan ada gap yang lebar antara kaya dan miskin. Jangan hanya melihat Indonesia sebagai satu negara, tetapi perhatikan juga kabupaten dan kotanya. Indonesia adalah negara archipelago, yang terdiri dari banyak pulau. Bagaimana bisa menjangkau masyarakat di pulau-pulau kecil dan terpencil. Sebagian besar spesialis berada di Jakarta. Ketidakseimbangan konsentrasi spesialis saat ini sudah sangat ekstrim. Di NTT baru ada satu dokter spesialis Orthopedi, itupun baru tiba bulan Mei 2014. Dalam 3-4 tahun lagi akan dibangun lebih banyak lagi RS di Jawa, di samping itu ada juga adverse selection. Partisipan yang membayar sendiri adalah kelompok kelas menengah. Dengan biaya murah mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak terbatas. Oleh karena itu skema pembiayaan ini sangat menguntungkan orang-orang kaya, yang terutama tinggal di pulau Jawa. Ini adalah bentuk ketidakadilan sosial, dimana orang-orang di luar Jawa mendukung kebutuhan orang-orang Jawa. Masalah lain yang tidak kalah penting adalah fraud. Ada banyak sekali jenis-jenis fraud dalam sistem asuransi kesehatan. Di AS sekitar 3-10% anggaran kesehatan itu diselewengkan. Fahmi harus mengatasi hal tersebut. Oleh karena itu benefit JKN harus dibatasi, klaim yang diajukan rumah sakit juga harus dibatasi. Jika tidak maka seluruh RS akan berusaha meningkatkan jumlah klaimnya ke pemerintah. BPJS juga tidak perlu berinvestasi, itu adalah tanggung jawab pemerintah. Pemerintah harus berinvestasi untuk membangun sarana kesehatan publik di daerah-daerah terpencil. Saat ini baru swasta yang masuk kesana.

Claudia S Dykerchoff dari McKinsey menekankan pada pentingnya memperhatikan aspek demand dan supply. Belanja kesehatan pemerintah Indonesia sangat rendah, sekitar 2,5% dari GDP atau sekitar 24 trilliun rupiah. McKinsey percaya bahwa pengeluaran itu akan meningkat secara signifikan. Dari sisi demand, pola penyakit juga menjadi hal yang perlu diperhatikan. Indonesia menghadapi double burden of disease, kita menghadapi penyakit infeksi dan penyakit kronis, dan double burden ini jelas meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Berita baiknya adalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat tinggi, terjadi urbanisasi. Diperkirakan pada tahun 2030, 75% populasi akan berada di kota. Consuming class yang semakin besar proporsinya juga diperkirakan akan bersedia untuk membayar sendiri demi mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, kita bisa mengabaikan BPJS karena semakin banyak masyarakat yang mampu membayar biaya kesehatan sendiri. Dalam hal supply, kita masih kekurangan SDM, seperti dokter dan perawat. Akan tetapi jika kita melihat GDP, kita mengharapkan akan mendapatkan trend yang baik, yaitu akselerasi GDP dalam beberapa tahun. Peningkatan GDP juga akan berdampak pada peningkatan besar pembelanjaan kesehatan. JKN adalah sistem yang sangat sangat bagus, akan tetapi juga sangat sangat besar. Bagaimana pemerintah bisa membuatnya sustainable. Jadi, harus dipikirkan masalah sumber pembiayaannya. Bagaimana peran perusahaan farmasi dan perusahaan alat-alat kesehatan? Public-Private Partnership akan memegang peran penting. Tanpa bantuan dari pihak swasta akan sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah harus memikirkan bagaimana memberikan peran pada swasta supaya mereka bisa berinovasi.

Sesi 2. Upcoming Healthcare Trend and Its Influence

Pembicara dalam sesi ini adalah Antonio del Santo sebagai Direktur Medis Regional APAC Roche, Rhenu Buller sebagai senior Vice President Healthcare Frost&Sullivan, Oemin Hadajanto sebagai CEO Zurich Topas Life, dan Saiful Hidajat sebagai VP Innovation and Sinergy Telkom Indonesia.

Antonio Del Santo menyampaikan tentang perkembangan penyakit di dunia saat ini, dimana trend penyakit berkembang ke arah penyakit kanker dan kardiovaskular, serta penyakit degeneratif. Pengobatan kemoterapi memegang peranan penting. Saat ini terapi pengobatan modern melibatkan imaging, pembedahan. Inovating berarti mengobati penyakit berat dengan solusi yang lebih baik dengan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan lebih sedikit medical error. Kami bekerjasama dengan ilmuwan dari berbagai institusi terbaik di dunia. Dengan penelitian kami berhasil berkontribusi untuk ilmu pengetahuan. Di Roche ada divisi diagnostik dan pharmaceutical di bawah satu atap yang sama, dan kedua departmen ini terus menerus berinovasi. Salah satu inovasi terbaru kami adalah personalized healthcare, yaitu memberikan terapi spesifik untuk sekelompok kecil pasien dengan prognosis yang buruk yang bisa diperbaiki prognosisnya dengan terapi ini. Roche telah menjadi salah satu perusahaan yang menghasilkan beberapa terapi esensial yang diakui WHO, dan kami bangga tentang itu. Roche telah menginvestasikan banyak uang untuk R&D untuk menemukan solusi, terapi yang lebih sederhana tetapi dapat menyembuhkan penyakit. Di Indonesia, penyakit infeksi masih menjadi penyakit utama, stroke di posisi kedua dan kanker ada di posisi ketiga. Kita harus memberikan terapi yang mempunyai target spesifik untuk menyembuhkan penyakit ini. Roche ingin memastikan pasien bisa mengakses terapi yang ditawarkan oleh Roche. Roche juga ingin mengembangkan kerjasama dengan pemerintah dan institusi akademik di Indonesia untuk bersama sama mengembangkan terapi yang efektif dan terjangkau.

Rhenu Buller dari Frost&Sullivan memulai pemaparannya dengan menanyakan audiens siapa yang memiliki aplikasi kesehatan di mobilephone-nya atau pernah mencari informasi kesehatan di internet. Lebih dari 80% pasien merasa bahwa ketika mereka bertemu dokternya, dokter tidak memberitahukan apa adanya. Ini adalah tantangan kita. Saat ini teknologi memungkinkan kita untuk berkomunikasi lebih baik dengan pasien dengan berbagai cara yang juga lebih baik. Jika belum ada jaringan yang baik, kita juga bisa memanfaatkan fasilitas SMS yang lebih sederhana. Tidak perlu menunggu sampai memiliki jaringan yang baik. Sehingga kemampuan untuk menjangkau pasien dan berkomunikasi dengan mereka adalah suatu keunggulan. Pasien diabetes seringkali diminta untuk memeriksa secara rutin kadar gula darahnya. Akan tetapi banyak pasien yang tidak memahami mengapa mereka harus melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin, dan apa yang harus dilakukan setelah melakukan pemeriksaan. Program pencegahan, harus dimulai lebih dini, bahkan sejak usia muda. Karena dengan pencegahan penyakit kita bisa menghemat banyak sekali dana. Jika kita bisa mendiagnosis penyakit pada saat yang lebih dini, ketika penyakit itu masih bisa diobati juga akan menghemat banyak biaya. Kita harus berusaha untuk bisa menjangkau masyarakat sebelum mereka menjadi pasien. Mengapa kita tidak bisa mendiagnosis penyakit ketika penyakit itu masih bisa dengan mudah diobati? Ketika membicarakan kesehatan, kita harus keluar dari rumah sakit, kita harus menjangkau masyarakat di komunitasnya, kita harus menggunakan teknologi. Isu lain yang terkait dengan akses pasien adalah sistem transparansi rekam medis. Dalam sistem yang ada saat ini, data pasien yang tersimpan di rekam medis tidak begitu saja bisa diakses oleh pasien, ada prosedur khusus untuk mengaksesnya. Hal ini sebenarnya menghalangi hak pasien untuk bisa mengakses data pribadinya dengan mudah. Kita harus melihat lagi regulasi yang ada, supaya kita bisa membuat akses ke kesehatan menjadi lebih mudah.

Oemin Hadajanto, CEO Zurich Topas Life menceritakan tentang penetrasi asuransi swasta yang sangat kecil, hanya 1,6%, jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara lain. Di Korea, penetrasi asuransi swasta bisa mencapai 11%, di Malaysia sudah mencapai 5%. Ini berarti bahwa pasar asuransi jiwa di Indonesia masih sangat luas.

Saiful Hidajat dari Telkom Indonesia menjelaskan bahwa Telkom saat ini menjadi satu-satunya industri telekomunikasi yang bergerak di bidang kesehatan. Telkom bergerak di kesehatan karena Telkom memahami bahwa kesehatan adalah dunia yang kompleks dengan banyak stakeholder. Oleh karena itu mereka membutuhkan sistem yang bisa berkomunikasi dan berinteraksi untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Telkom menawarkan integrated self-services Hospital Information System. RS sudah banyak yang menggunakan HIS, tetapi implementasi ini tidak mudah, banyak masalah yang sulit diselesaikan. Telkom menawarkan sistem yang integratif dengan sistem yang telah ada, dengan dukungan teknisi handal, dengan begitu RS bisa lebih efisien. Telkom menawarkan sistem paperless claim, yang sudah digunakan oleh RS Mayapada. Dengan sistem ini claim bisa dibayarkan oleh perusahaan asuransi dengan lebih cepat. Telkom juga menawarkan sistem telemedicine, sehingga dokter di rural area bisa mendapatkan pelayanan dari dokter di kota besar. Selain itu, sistem ini juga bisa men-support proses pendidikan, sehingga dokter di daerah terpencil bisa memberikan pelayanan yang lebih baik. Sayangnya saat ini kecepatan jaringan yang dimiliki Telkom baru 500 kbps, diharapkan kecepatan akses internet ini bisa terus ditingkatkan. Telkom juga telah bekerjasama dengan beberapa universitas untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi yang diperlukan oleh masyarakat. Saat ini, baru 1% pendapatan Telkom yang diinvestasikan untuk R&D, tetapi diperkirakan akan terus meningkat jumlahnya.

Sesi 3. Expanding Access to Healthcare

Sesi ketiga ini diisi oleh Lucia Erniawati sebagai Direktur Corporate Affairs and Access Roche, Jonathan Tahir sebagai Deputi Kepala Group Mayapada, dan Arry Basuseno sebagai CEO AXA Mandiri Financial Services.

Lucia Erniawati dari Roche Pharmaceutical menyampaikan bahwa akses adalah permasalahan yang sangat kompleks, baik itu akses ke supply dan akses ke pelayanan, ditambah lagi permasalahan tentang ketersediaan layanan, keterjangkauan/affordability, dan penerimaan masyarakat terhadap produk yang ditawarkan (acceptability). Ada banyak sekali inovasi yang telah dikembangkan, tetapi tidak semua bisa memahami manfaat dari inovasi yang dibuat. Oleh karena itu kita harus memastikan bahwa inovasi yang dikembangkan dapat benar-benar bermanfaat untuk pasien, terjangkau oleh masyarakat, dan masyarakat bisa mendapatkan manfaat yang optimal. Roche telah bekerjasama dengan berbagai stakeholder di bidang kesehatan, termasuk pasien sebagai konsumen. Peran pasien di masa yang akan datang akan semakin meningkat. Kami harus memastikan bahwa pasien sudah informed dan engaged dalam pelayanan yang kita berikan. Jadi, pertama inovasi, lalu menginformasikan pada pasien supaya pasien bisa mengambil keputusan yang terbaik. Capacity building pasien juga menjadi salah satu fokus, terutama untuk patient support group atau patient assistance program. Roche terlibat dalam JKN dan berhasil memasukkan beberapa item obat kedalam e-catalog. Roche juga menerapkan pricing strategy dengan bekerjasama dengan pemerintah. Dialog antara provider kesehatan dengan farmasi juga penting. Farmasi juga mempunyai mimpi yang lebih dari sekedar menjual obat. Kami juga ingin ikut meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena dialog yang terbuka dan transparansi menjadi hal yang penting.

Jonathan Tahir dari Mayapada Group menyampaikan pentingnya infrastruktur yang baik. Untuk menjadi penyedia pelayanan yang terbaik, dibutuhkan bantuan dari seluruh stakeholder. Pasien adalah pihak yang akan menjadi korban jika kita tidak memiliki infrastruktur yang baik. Saat ini kita sudah kehilangan milyaran rupiah akibat perginya pasien-pasien Indonesia ke negara-negara tetangga. Bagi Mayapada Group, kesehatan tidak hanya sekedar bisnis, tetapi juga mimpi dan passion karena pelopor Mayapada selalu ingin bisa melayani masyarakat. Tetapi memang kesehatan ini adalah bisnis yang baik. Penting untuk membuat masyarakat lebih perhatian terhadap kesehatannya sehingga mereka akan membelanjakan lebih banyak uang untuk kesehatan. Ide JKN ini sudah sangat tepat, tetapi perlu beberapa tahun untuk masyarakat dapat memahami tujuan dari program ini.

Arry Basuseno dari AXA Mandiri menyebutkan bahwa perusahaan berada ditengah, diantara pasien dan penyedia layanan kesehatan. Ada 250 juta penduduk indonesia dan belum semuanya memanfaatkan pelayanan kesehatan. Sebagian adalah kelompok middle class yang mampu membayar sendiri biaya kesehatannya. Tetapi masih sedikit yang memahami pentingnya asuransi. Diperlukan edukasi terus menerus. AXA sudah melakukan roadshow untuk mempromosikan asuransi. Saat ini kontribusi asuransi untuk GDP masih sangat kecil, hanya 1,2%. Sangat kecil tetapi juga sangat menjanjikan. AXA Mandiri tidak merasa tersaingi oleh BPJS, dan justru malah terbantu karena BPJS juga sudah melakukan edukasi yang luar biasa pada masyarakat mengenai pentingnya asuransi. Masyarakatlah yang kemudian menentukan asuransi apa yang akan diambil.

Sesi 4. Lucrative Investment and Opportunities in Healthcare

Sesi ini diisi oleh Dr. Grace Frelita sebagai Direktur Siloam Hospital, Boenjamin Setiawan pendiri PT Kalbe Farma, Sachin Chaudary dari McKinsey, dan Dr. Ng Chin Siau.

Grace Felita dari Siloam Group meyakini bahwa sistem JKN yang ada saat ini sudah bagus. Mau tidak mau pada tahun 2019 nanti seluruh fasilitas kesehatan harus menjadi bagian dari JKN. Kebutuhan masyarakat akan kesehatan itu sangat-sangat tinggi. Akan tetapi kita juga harus lebih efisien lagi. Kita harus memberikan pengobatan yang efisien. Kita tidak bisa lagi menerapkan fee for service lagi. Arahnya saat ini adalah menuju salary based. Siloam sejak 2 tahun yang lalu membangun RS khusus kelas 3. Saat ini BOR kami selalu di atas 90%, margin tentu saja masih ada. "We treat people and we train our doctors" untuk menjadi lebih efisien lagi. Dalam lima lima tahun ini terdapat kesempatan investasi yang sangat besar di Indonesia Timur, karena disana akses ke pelayanan kesehatan masih sangat sulit. Siloam sudah ekspansi ke Indonesia Timur dan dapat menjalankan bisnis dengan baik. Meskipun begitu diperlukan proses birokrasi yang sangat lama, sampai empat tahun, untuk bisa membangun RS di Indonesia Timur. Dalam 20 tahun GDP meningkat, proporsi anggaran kesehatan dari GDP juga akan meningkat sampai 8%, dan pendapatan juga akan meningkat 20 kali dari yang kita terima sekarang. Masyarakat bisa membiayai kesehatannya sendiri. Selain itu kita juga harus memperhatikan masuknya Asean Economic Community, akan semakin banyak masyarakat yang lari keluar negeri karena memang mutu pelayanan kesehatan kita masih belum bagus. Ditambah lagi dengan pajak untuk alat kesehatan yang masih tinggi, 10%. Jadi, mutu SDM Kesehatan harus ditingkatkan.

Prof John Wong dari National University Health System (NUHS) menekankan bahwa jika manusia hidup lebih lama maka permintaan kesehatan akan semakin meningkat. Pemerintah Singapore berusaha mempersiapkan sistem kesehatan untuk menghadapi berbagai permasalahan yang akan timbul di masa depan sehingga setiap orang Singapore dapat hidup lebih lama, lebih baik dengan tenang. Ada tiga hal penting yang harus dilakukan, yaitu mentransformasi model pelayanan kesehatan, meningkatkan cost-effectiveness dan meningkatkan produktifitas, serta membangun enablers diseluruh sistem kesehatan. Sistem kesehatan yang terintegrasi adalah salah satu kuncinya. Integrasi ini melibatkan community care, specialist care dan community support. Community care memberikan layanan preventive, seperti skrining dan pencegahan penyakit menular, dan pelayanan primer melalui poli klinik, dokter praktek swasta maupun dokter keluarga. Specialist care diberikan di rumah sakit dan merupakan pelayanan sekunder/tertier. Community support diberikan untuk perawatan jangka panjang yang bisa diberikan di tempat khusus, misalnya Hospice Care atau Nursing Home, atau di rumah pasien/di luar faskes, misalnya melalui pelayanan home care, centre-based care, befriending dan outreach. Keseluruhan layanan ini terintegrasi dan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan kesehatan di Singapore. Sehingga ada kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan dalam membangun sistem kesehatan nasional di Singapore. NUHS percaya bahwa dengan menyatukan akademisi dan klinisi maka akan memberikan dampak yang lebih besar pada kesehatan masyarakat. Nilai-nilai yang berusaha dibangun NUHS antara lain pertama: Excellence in Care coupled with innovation, yaitu dengan:

  • Defining standards of care given principal education role.
  • Developing & assessing new models of care as an academic health system
  • Accessing other disciplines through NUS, eg. Informatics and analytics to improve healthcare.

Kedua, dengan mempercepat realisasi manfaat penelitian dengan menciptakan lingkungan yang mendukung translasi yang lebih cepat dari penelitian ke implementasi pada pasien. Ketiga, dengan membangun SDM Kesehatan masa depan yang lebih baik dengan mengembangkan School of Health Science dan mengembangkan kompetensi-kompetensi baru yang harus dimiliki oleh SDM Kesehatan yang akan berdampak pada proses pelayanan kesehatan.

Di Singapura, jumlah pasien lansia dengan penyakit kronik semakin meningkat, dan ini berdampak pada biaya kesehatan yang tinggi. Laporan dari IOM 2010 menunjukkan bahwa sebenarnya banyak waste dalam pelayanan kesehatan. Diperkirakan USD 210 billion terbuang untuk pelayanan yang tidak perlu, USD 130 billion terbuang untuk pelayanan yang tidak efisien, dan USD 55 billion terbuang untuk pencegahan yang tidak dilakukan (primary, secondary and tertiary prevention). Keseluruhan biaya ini terbuang percuma dan jelas merugikan pasien dan pemerintah. Oleh karena itu mengoptimalkan value dari pelayanan kesehatan adalah kuncinya dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Mencapai kesehatan yang lebih baik adalah tujuannya, bukan memberikan lebih banyak pengobatan.

Boenjamin Setiawan, pendiri PT Kalbe Farma, banyak menyampaikan ide-ide menarik dalam diskusi panel ini sekaligus juga meyakinkan bahwa potensi investasi di Indonesia sangat luas dan menguntungkan. Hanya saja mindsetnya perlu diubah. Contohnya, seringkali dikeluhkan kurangnya jumlah dokter di Indonesia. Dokter, bisa jadi overeducated, mereka ingin mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Perawat atau barefoot doctor bisa dididik untuk memberikan pelayanan kesehatan didaerah yang belum ada dokternya. Perawat harus tinggal di daerah-daerah terpencil. Teknologi bisa digunakan untuk membantu pekerjaan mereka, misalnya dengan smartphone. Public-Private Partnership sudah menjadi suatu keharusan. Pemerintah dalam hal ini sebaiknya berfungsi sebagai katalisator, memberikan insentif. Jika pemerintah tidak bisa mengeluarkan lebih banyak dana untuk kesehatan, maka biarkan swasta berpartisipasi untuk mengurusi kelompok masyarakat yang sudah mampu, dan biarkan pemerintah berfokus pada kelompok masyarakat miskin. Dengan begitu bisa ada dual insurance system, insurance for the poor and insurance for the middle/high class. Permasalahan lainnya adalah mutu pelayanan kesehatan yang masih dinilai rendah oleh masyarakat. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang berobat ke luar negeri. Salah satu hal yang mendasari adalah buruknya komunikasi antara dokter – pasien. Seorang dokter yang sudah sangat terkenal bisa menerima pasien hingga pukul 3 pagi, dan pasien harus antri sejak tiga bulan sebelumnya. Kita harus membuka pintu untuk dokter-dokter asing, sehingga secara alami terjadi kompetisi antara dokter asing dan dokter lokal. Kartu sehat dan kartu pintar yang diajukan oleh pemerintah baru seharusnya bisa dikembangkan menjadi "beyond kartu sehat and kartu pintar". Investasi harus diberikan untuk pengembangan sistem pendidikan dan kesehatan yang lebih baik, sehingga terbentuk generasi masa depan yang lebih baik pula.

Sauchin Kaudary menyampaikan keyakinannya bahwa dalam 15 tahun lagi proporsi anggaran kesehatan dari GDP akan meningkat menjadi 5-6%. Ini adalah peningkatan yang sangat tinggi, dan harus diingat bahwa pendapatan pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, juga akan semakin tinggi, sehingga besaran nilainya juga lebih tinggi. Jika kita membicarakan pembangunan RS baru, libatkan swasta, atau contracting out, dengan begitu beban pemerintah bisa lebih berkurang. Pharmasi harus mengedepankan inovasi dalam bisnisnya untuk mendapatkan produk baru yang lebih baik. People will pay more to get more.

Forbes Healthcare Forum Summit ditutup dengan closing keynote oleh Prof. dr Ali Ghufron Mukti, MPH, PhD. Beliau menyampaikan sejarah asuransi di Indonesia dan sistem JKN yang saat ini berlaku di Indonesia.

 

Overview Third Global Symposium on Health Systems Research

Beberapa hari setelah Forum Nasional V Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia, di Cape Town Afrika Selatan, diselenggarakan Third Global Symposium on Health Systems Research. Pertemuan ini merupakan yang ketiga setelah di Montreux (2010), dan Beijing (2012). PKMK FK UGM terlibat selama 3 kali pertemuan dengan mengikuti secara aktif. Forum ini memang menjadi acuan utama kegiatan pengembangan penelitian kebijakan dan sistem kesehatan di dunia.

Misi Simposium Health Systems Global adalah untuk mengumpulkan peneliti, pengambil kebijakan, dan pelaksana kegiatan di seluruh dunia untuk mengembangkan penelitian sistem kesehatan dan menggunakan kapasitas bersama untuk menciptakan, berbagi, dan menerapkan pengetahuan untuk memperkuat sistem kesehatan. Kegiatan ini diharapkan dapat mencapai visi dimana masyarakat, peneliti dan pengambil kebijakan global dapat saling terhubung sehingga dapat menyumbang ke status kesehatan yang lebih baik, keadilan yang lebih baik, dan juga kesejahteraan yang meningkat.

Tema Simposium ke-3 adalah:

Science and practice of people-centred health system.

Apa yang dimaksud dengan people-centred health system?
Menurut Skeih dkk di majalah Health Policy and Planning (2014), ada empat ciri people-centred health system:

  1. Menempatkan keinginan dan kebutuhan masyarakat sebagai hal utama dalam sistem kesehatan
  2. Pelayanan kesehatan yang memberikan perhatian utama untuk masyarakat yang dilayani;
  3. Sistem kesehatan sebagai sebuah kelembagaan sosial;
  4. Ada nilai-nilai yang mengarahkan sistem kesehatan.

Dengan tema ini, maka tujuan spesifik Simposium ke-3 ini adalah:

  1. Membahas berbagai hasil penelitian terakhir yaitu pengembangan sistem kesehatan dan berfokus pada masyarakat. Cakupannya meliputi hal-hal yang konsepsual ataupun hasil penelitian primer dan sekunder.
  2. Menemukan dan membahas pendekatan-pendekatan penelitian yang membahas tema dan memperkuat metode riset;
  3. Mengembangkan kemampuan peneliti, pengambil kebijakan, praktisi, aktivis, dan pengelola lembaga-lembaga sipil untuk menyelenggarakan dan menggunakan penelitian sistem kesehatan ke tema yang ada;
  4. Memperkuat masyarakat pembelajar dan platform untuk translasi pengetahuan, untuk mendukung people-centred health systems secara lintas disiplin, lintas sektor dan antar negara.

Struktur terdiri atas 2 hari pre-Simposium dan 3 hari Simposium. Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan di International Convention Center di Capet Town yang indah, di dekat pelabuhan. Struktur Kegiatan dapat dilihat di bagian akhir artikel ini

Tujuan Laporan

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM mempunyai tradisi dimana setiap anggota yang pergi mengikuti kongres ilmiah di berbagai belahan dunia harus memberikan laporan tertulis mengenai kegiatan yang sedang diselenggarakan. Tradisi ini diperluas dengan menuliskan di berbagai web sehingga dapat dinikmati oleh seluruh peneliti, pelaku dan berbagai pihak yang terkait dengan kebijakan kesehatan.

Dengan demikian, akan ada kesempatan bagi pembaca yang tidak hadir di Cape Town dan berniat memahami apa yang terjadi, untuk mengikuti dari jauh. Diharapkan dana yang cukup besar untuk mengikuti kegiatan seperti ini dapat dimaksimalkan manfaatnya, tidak hanya oleh mereka yang berangkat.

Dalam pertemuan tahun ini, dengan tema masyarakat sebagai fokus utama sistem kesehatan, tim pelapor akan melakukan analisis bagaimana implikasi tema ini untuk Indonesia. Ada berbagai pertanyaan penting yang perlu dibahas:

  1. Apakah sistem kesehatan di Indonesia sudah menempatkan masyarakat sebagai hal yang utama?
  2. Apakah sistem kesehatan di Indonesia mencerminkan hubungan antar lembaga yang baik dan mempunyai aspek-aspek kemanusian?
  3. Apakah kebijakan-kebijakan besar di sistem kesehatan Indonesia (misal kebijakan JKN, desentralisasi kesehatan, penurunan kematian ibu dan bayi, penanganan AIDS, kesehatan jiwa, dan lain-lain) sudah menempatkan masyarakat di tempat yang utama?

Pembahasan-pembahasan ini akan dilakukan secara tertulis dengan judul implikasi bagi Indonesia. Diharapkan ada diskusi di web dalam hal implikasi ini.

Laporan ini tersusun atas laporan yang di-upload secara harian dengan mengacu pada sidang-sidang pleno sebagai materi utama pelaporan. Di samping itu ada berbagai satelit dan sesi-sesi parallel yang akan dilaporkan. Anda dapat mengikuti laporan ini dengan membuka web ini tiap hari. Silahkan mengikuti

 

 

 

tes1

  Materi      Video

 

 

Sesi Pleno 1 -  Pencapaian MDGs 
Moderator: Irvan Afriandi, dr., MPH.,DrPH

Studi Komparatif Pencapaian MDGs dan Universal Coverage Antar Negara di Kawasan ASEAN

Dr. Deni K Sunjaya, dr., DESS (Fakultas Kedokteran Unpad)

  Materi      Video

Tantangan Kebijakan Pasca MDGs 2015

Dr. Anung Sugihantono,dr.,M.Kes (Dirjen Bina Gizi dan KIA Kemkes RI

  Materi      Video

Perspektif Interdependensi Global Agenda Pasca MDGs 2015

Prof. Dr. Nila Moeloek, dr., SpM (Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs)

  Materi      Video

  • angka jitu
  • togel 4d
  • agen togel
  • slot 4d
  • bandar toto 4d
  • togel 4d
  • togel online
  • rajabandot
  • slot gacor
  • toto macau
  • toto macau
  • toto macau
  • toto macau
  • situs toto
  • situs slot
  • rtp live slot
  • toto slot
  • bandar slot
  • toto macau
  • bandar togel online
  • togel online
  • togel sdy
  • togel online
  • toto macau
  • hongkong lotto
  • hongkong lotto
  • situs slot
  • slot gacor
  • bandar slot 4d
  • bandar slot
  • bandar slot gacor
  • bandar slot gacor
  • slot dana
  • toto macau
  • bandar togel 4d
  • wengtoto
  • toto hk
  • slot dana
  • hk lotto
  • toto sdy
  • slot gacor
  • slot 5000
  • toto slot
  • toto togel 4D
  • toto macau
  • slot thailand
  • slot gacor
  • togel sidney
  • live draw sgp
  • Bandar Slot
  • bandar slot gacor
  • togel macau
  • toto slot
  • slot qris
  • slot toto 4d
  • Toto Togel 4D
  • sdy lotto
  • bola gacor
  • slot 5000
  • toto hongkong
  • toto slot
  • slot 5000
  • slot 5000
  • toto togel
  • slot 5000
  • slot 5000
  • slot 5000
  • situs toto
  • toto macau
  • BATASRAJABANDOT
  • slot 777
  • slot gacor
  • slot gacor
  • Bandar Slot
  • Situs Slot
  • Bandar Slot
  • Slot Gacor
  • situs slot
  • situs slot
  • Bandar Situs Slot Gacor
  • slot online
  • bokep
  • toto slot
  • Slot Demo
  • situs togel
  • bola slot
  • slot gacor
  • hitam slot
  • permainan slot
  • dewa slot
  • agent slot
  • slot toto
  • slot gacor
  • slot gacor
  • toto slot
  • akun demo slot
  • toto slot
  • slot gacor
  • slot gacor
  • https://heylink.me/iblbettotoslot
  • toto slot
  • slot88
  • situs toto
  • slot 5000