Reportase HSR 2018, Hari Kelima

Jum'at, 12 Oktober

Sesi 1

Keterlibatan Sektor Swasta dan Pemerintah dari Berbagai Belahan Dunia


  Pokok-pokok bahasan / paparan / diskusi:

Sesi pagi ini membahas berbagai insiasi kemitraan pemerintah dengan swasta di berbagai wilayah dunia. Bahasan utamanya mengenai bagaimana program kemitraan tersebut didesain, dilaksanakan dan apa saja hasilnya.

Pertama, Alice Sabino membahas penggunaan voucher untuk layanan KIA di Yemen, yang bisa digunakan oleh masyarakat miskin baik di faskes pemerintah maupun faskes swasta. Pemerintah mengontrak beberapa faskes swasta untuk menyediakan layanan yang dibutuhkan tersebut, dan jasa mereka dibayar melalui voucher tersebut.

Berikutnya, Anna Laterra membahas tentang pemanfaatan bidan desa di Bangladesh. Mereka menerima peralatan dan perlengkapan dari pemerintah, dan berhak atas reimbursement dari pemerintah atas layanan yang diberikan. Hasilnya, mereka berhasil menurunkan proporsi kelahiran yang dibantu dukun bayi.

Selanjutnya, Ann Levin bercerita mengenai kerja sama untuk layanan imunisasi di Georgia (yang seluruhnya diselenggarakan oleh swasta), Benin (layanan disediakan mayoritas di faskes for profit di wilayah perkotaan) dan Malawi (layanan disediakan di faskes nirlaba). Vaksin yang tersedia tidak hanya yang ada dalam daftar imunisasi rutin, tetapi juga vaksin-vaksin lain. Pemerintah menyediakan dukungan untuk penyediaan layanan imunisasi di sektor swasta ini dalam berbagai bentuk.

Terakhir, pengalaman di Indonesia dipaparkan oleh Agnes Pratiwi. Layanan yang dibahas adalah HIV tes dan konseling HIV di Tarakan. Ketiadaan panduan dari pemerintah mengenai bagaimana layanan ini bisa tersedia di sektor swasta menghasilkan banyak masalah dalam akses layanan ini di sektor swasta, misalnya rendahnya rujukan untuk tes dan konseling, rendahnya kepercayaan masyarakat untuk layanan tes dan konseling HIV di sektor swasta, dan penggunaan OOP untuk layanan ini di sektor swasta.

 

  Refleksi untuk Indonesia:

Kemitraan dengan pihak swasta merupakan salah satu alternatif yang dapat digali untuk membantu pemerintah mencapai cakupan kesehatan semesta. Kemitraan tersebut dapat mengambil beberapa bentuk, mulai dari model yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Pelajaran dari negara-negara lain menunjukkan potensi yang besar dalam berbagai mekanisme kemitraan degan swasta, masing-masing dengan tantangannya. Beberapa pelajaran berharga yang bisa ditarik untuk Indonesia adalah:

  1. Kita perlu mengadopsi perspektif total untuk mengidentifikasi berbagai jenis pihak swasta dan berbagai jenis model yang dapat dioptimalkan untuk masing-masing layanan
  2. Stewardship dari pemerintah mutlak dilakukan, harus ada kerangka pemantauan yang jelas dan dipahami dan disepakati.
  3. Kualitas harus dimasukkan kedalam prasyarat kemitraan. Kontrak tidak dibuat dalam jangka panjang, kecuali pemerintah memiliki mekanisme yang sangat kuat untuk memastikan kualitas tidak akan berkurang selama jangka waktu kontrak tersebut.
  4. Pendanaan tambahan khusus untuk mencapai kelompok masyarakat yang paling miskin atau sulit dijangkau

Reporter : Shita Dewi

 

 

Link Terkait:

{jcomments on}

 

Reportase HSR 2018, Hari Keempat

Kamis 11 Oktober

Sesi 1

Peluruncuran Buku Rangkuman Analisis Kebijakan Kesehatan (Health Policy Analysis: Reader)

Lucy Gilson, University of Cape Town


  
Pokok-pokok bahasan/paparan/diskusi:

hsr4 1Buku Analisis Kebijakan Kesehatan (WHO, 2018) terbaru diluncurkan pagi ini. Buku ini merupakan pengembangan dari buku sebelumnya, Health Policy and System Analysis: A Methodological Reader (WHO, 2012). Lucy Gilson, sang penulis utama dan editor, menyampaikan bahwa terbitnya buku baru ini penting untuk lebih menempatkan kebijakan kesehatan pada posisi yang penting. Analisis kebijakan kesehatan merupakan bagian yang memiliki interface dengan perubahan kebijakan dan pengembangan sistem kesehatan. Pemahaman atas proses dan implementasi kebijakan memiliki potensi yang besar untuk memberi daya dorong untuk perubahan kebijakan kesehatan dan perbaikan dalam sistem kesehatan.

Peneliti, pembuat kebijakan dan pemerhati kebijakan kesehatanmembutuhkan kerangka yang lebih, agar dapat menangkap situasi yang kompleks termasuk berbagai faktor sosial ekonomi dan politik yang terlibat dalam proses kebijakan untuk mencapai cakupan kesehatan semesta. Buku ini disusun khusus dengan konteks negara berkembang, dan dimaksudkan sebagai referensi yang dapat digunakan untuk mencari bahan - bahan terkini dalam Analis Kebijakan Kesehatan.

 

hsr4 2Buku ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama semacam Overview terhadap topik Analisis Kebijakan Kesehatan, yang mencakup konsep dasar, arti pentingnya serta konteks politik ekonomi yang terkait di dalamnya.

Bagian kedua membahas faktor - faktor yang sangat mempengaruhi proses kebijakan di negara berkembang, yaitu kekuasaan, konteks nasional serta peran aktor global dan pengambil kebijakan nasional.

Bagian ketiga membahas berbagai isu dalam metodologi analisis kebijakan.

Bagian keempat merupakan kumpulan dari artikel - artikel seminar yang menjelaskan lebih lanjut mengenai tiap sub topik yang dibahas di dalam bagian satu hingga tiga.

Sayangnya buku ini baru tersedia dalam bentuk hardcopy (tersedia di perpustakaan PKMK), namun akan segera tersedia secara online di laman WHO.

Bagi pembaca yang memerlukan Reader and Methodology Reader lain, silakan unduh di:
http://www.who.int/alliance-hpsr/resources/publications/methodsreaders/en/

 


  Refleksi untuk Indonesia:

Buku Health Policy Analysis: Reader (WHO, 2018) ini akan sangat bermanfaat bagi peneliti dan analis kebijakan, maupun tenaga pengajar dan mahasiswa. Terlihat dari daftar artikel seminar yang dimasukkan ke dalam Reader ini bahwa mayoritas lokasi berada di Afrika atau Asia Selatan. Miskinnya referensi yang tersedia untuk Indonesia mengenai kebijakan kesehatan Indonesia menyisakan pekerjaan rumah bagi para peneliti kebijakan dan analis kebijakan di Indonesia untuk semakin aktif melakukan penelitian dan menulis mengenai berbagai isu yang relevan untuk Indonesia.

Pekerjaan rumah kedua, adalah tersedia potensi besar bagi Indonesia untuk mengembangkan Reader khusus untuk Analisis Kebijakan Kesehatan Indonesia. Hal ini tentunya membutuhkan kerja sama dari berbagai bidang ilmu dan para pakar dengan berbagai perspektif yang relevan dengan area kebijakan kesehatan.

Reporter : Shita Dewi

Link Terkait:

 

 {jcomments on}

 

 

Reportase HSR 2018, Hari Ketiga

Rabu, 10 Oktober 2018

Sesi 1

Placing Community health systems at the heart of service delivery

Pembicara :

  1. Kumanan Rasanathan, Health Systems Global Board, Cambodia
  2. Soumya Swaminthan, World Health Organization, Switzerland
  3. Amuda Baba Dieu-Merci, Panafrican Institute of Community Health, Democratic Republic of Congo
  4. Ariel Frisancho, Catholic Medical Mission Board, Peru
  5. Manmeet Kaur, City Health Works, USA
  6. Stefan Swartling Peterson, UNICEF, USA
  7. Helen Schneider, University of the Western Cape, South Africa

  Pokok-pokok bahasan/paparan/diskusi:

Placing Community health systems at the heart of service delivery

  Laporan Kegiatan

Kumanan Rasanathan, Health Systems Global Board, Cambodia, membuka plenary dengan menampilkan video tentang “we are free”. Video tersebut menunjukkan bahwa terdapat keterbatasan dari penderita HIV yang ingin mengakses layanan kesehatan, karena masalah akses, Deklarasi Alma Atta menekankan pada kepentingan layanan kesehatan yang dekat ke kehidupan dan partisipasi masyarakat. Diperkirakan dalam 40 tahun mendatang sistem kesehatan akan berjuang dengan perubahan penyediaan layanan disebabkan oleh demografi, epidemiologi, budaya dan transformasi teknologi termasuk urbanisasi. Namun, upaya penguatan sistem kesehatan sering mengabaikan peran komunitas/masyarakat. Para narasumber mempertimbangkan bagaimana kebutuhan sistem kesehatan harus sejalan dengan komunitas yang heterogen baik untuk manusia dan lingkungannya, serta pengalaman masyarakat tersebut.

hsr3 15

Soumya Swaminthan, World Health Organization, Switzerland, memberikan keynote speech  yang memaparkan tentang fasilitas kesehatan primer tidak hanya bagaimana ketersediaan gedung, dan obat, namun bagaimana melibatkan masyarakat untuk diberdayakan sehingga dapat berpartisapasi dalam masalah kesehatannya. Penelitian diharapkan dapat memberikan dampak tidak hanya kepada berapa banyak jumlah publikasi, namun lebih penting adalah bagaimana penelitian kita dapat berdampak langsung politik dan sistem kesehatan yang berguna kepada masyarakat. WHO menekankan dan mendorong pelaksnaan penelitian yang berlangsung interdisiplin sehingga luarannya dapat mencakup berbagai cakupan. WHO mendukung peningkatan penelitian dengan peningkatan kapasitas tim multi displin sehingga memiliki tools yang lebih sesuai dengan konteks penelitian tersebut.

Selanjutnya, plenary dilangsungkan dalam diskusi. Community Health Worker (CHW) dapat menyuarakan tentang masalah sebenarnya yang sedang dihadapi oleh masyarakat. CHW memberikan diharapkan dapat memberikan ruang untuk menghargai setiap ide - ide berdasarkan fakta yang berguna dalam pengambilan kebijakan kesehatan. Di sisi lain, banyak negara memiliki konflik kepentingan dan rapuh terhadap masalah politik dan keamanan. Leaving nobody behind masih terasa jauh, karena pelayanan kesehatan primer di pedesaan Bahakan masih berjuang dalam kekurangan tenaga kesehatan dan kualitas layanan yang diterima. CHW merupakan kunci dalam meningkatkan layanan kesehatan yang berbasis pada masyakarat, sehingga suara masyarakat dapat didengar. Lebih jauh, CHW dapat menjadi pedoman dalam memperbaiki berbagai keterbasan sistem kesehatan. CHW memerlukan dan dapat mendorong performans lintas sektor dalam memepercepat SDGs, sehingga yang masih menjadi persoalan adalah bagaimana kita membawa CHW sebagai social connector. CHW dapat memberikan gambaran konteks/gambaran sehingga dapat menyatukan masyarakat kedalam sistem kesehatan.

  Refleksi untuk Indonesia:

Indonesia telah memiliki banyak CHW diantara kader JKN, Kader STBM dan kader lainnya yang telah diorganisasi oleh puskesmas. Namun, kader - kader tersebut masih bekerja untuk sektor kesehatan dan pemerintah perlu melibatkan mereka dalam kolaborasi lintas sektor. Pengambilan keputusan secara terpisah memperlambat penyelesaian masalah kesehatan dan juga pembangunan kesehatan.

Reporter : Relmbuss Biljers Fanda

 

Link Terkait:

{jcomments on}

Reportase HSR 2018, Hari Kedua

Selasa, 9 Oktober

Sesi 1

Welcoming Plenary
Sustainable Development Goals yang Terintegrasi dan Tidak Dapat Dipisahkan: Memastikan Pendekatan Multi Sektor 


  Pokok-pokok bahasan / paparan / diskusi:

Plenary pembukaan diisi oleh Kabir Sheikh dari Alliance for Health Policy and System Research yang menyatakan bahwa penelitian di bidang kesehatan perlu memperhatikan perspektif ilmu sosial untuk memastikan adanya pendekatan yang inklusif untuk kesehatan dan kesetaraan dalam kesehatan.

Ada berbagai faktor yang membuat berbagai kelompok masyarakat menjadi rawan, yaitu ketidaksetaraan pendapatan, perubahan iklim, pola epidemi dan wabah, kekerasan terhadap perempuan dan anak, perang dan konflik, dan banyak hal lain. Oleh karena itu, salah satu tema utama dalam simposium ini adalah memastikan sistem kesehatan yang tidak mengabaikan satu orang pun.

hsr2 1

Sejalan dengan itu, Menteri Pembangunan Internasional Inggris, Rt.Hon. Alistair Burt, MP menyatakan bahwa pemerintah Inggris menempatkan prioritas yang tinggi terhadap penelitian. Hal ini diindikasikan oleh fakta bahwa 3% dari anggaran DFID digunakan untuk penelitian dan sebagian besar untuk sektor kesehatan. Pada simposium ini, terdapat 40 penelitian yang didanai DFID yang akan dipresentasikan. Komitmen pribadi Alistair untuk mendukung sistem kesehatan Inggris dibuktikan dengan kesaksian bahwa Alistair sekeluarga bahkan semua cucunya berada di dalam sistem NHS dan tidak memiliki asuransi pribadi. Alistair menyatakan tiga posisi strategis dari penelitian. Pertama, penelitian dibutuhkan untuk mendukung pemerintah membuat keputusan mengenai cara apa yang efektif dan berhasil. Kedua, peneliti diperlukan untuk inovasi dalam pelayanan, tetapi lebih penting lagi bagaimana memastikan bahwa inovasi tersebut dapat dinikmati oleh mereka yang paling membutuhkan. Ketiga, hasil penelitian dapat dimanfaatkan bukan hanya pemerintah dan pengambil kebijakan, melainkan juga oleh mereka yang berada di garda depan pelayanan.

hsr2 2

Selanjutnya dilangsungkan diskusi panel yang mengangkat isu mengenai pendekatan multi sektor untuk mencapai SDGs yang dimoderatori oleh Anthony Costello. Panelis pertama, Maureen Samms-Vaughn, mengangkat isu pentingnya tata kelola untuk memastikan pendekatan multisektor bisa berjalan dengan baik. Maureen menyatakan bahwa pendidikan profesi kesehatan (dokter, perawat, bidan, ahli kesehatan masyarakat, sanitasi, nutrisi, dst) saat ini berada di silo masing-masing, padahal nantinya di dunia nyata harus bekerjasama untuk mengatasi permasalahan yang sama.

Panelis kedua, Evelyn Kandakai, menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat dan khususnya perempuan adalah kunci yang masih jarang digunakan. Padahal masyarakat memiliki kekuatan untuk menggerakkan pemerintah, dan pada gilirannya pemerintah memiliki kekuasaan untuk mengubah arah dari pembangunan. Panelis ketiga, David Stuckler, menyatakan bahwa sudah terlalu banyak penelitian membuktikan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan berbagai indikator pencapaian SDG namun ternyata belum diadopsi. Ada penghalang besar yang membuat berbagai sektor sulit bekerjasama. Contoh yang diangkat adalah bagaimana berbagai kebijakan yang gagal karena lobby para produsen makanan. Hal ini disamakan dengan perjuangan yang lama untuk dapat ‘mengalahkan’ lobby perusahaan rokok/tembakau. Namun, panelis juga mengingatkan akan adanya kekhawatiran bahwa kemampuan fiskal suatu negara akan sangat mempengaruhi kemampuan pemerintah untuk mengadopsi kebijakan yang efektif. Misalnya, ketika negara berkomitmen untuk mencapai SDG tetapi dibatasi oleh budget yang terbatas dan cenderung rendah khususnya untuk sektor kesehatan dan pendidikan serta ketersediaan infrastruktur sanitasi dasar.

hsr2 3

  Refleksi untuk Indonesia:

Pendekatan multi sektor untuk isu kesehatan dan isu sistem kesehatan, adalah pendekatan yang tidak dapat diabaikan mengingat berbagai faktor eksternal mempengaruhi status kesehatan secara luas. Walaupun sektor kesehatan seringkali terlihat didominasi oleh inovasi dalam teknologi perawatan maupun investasi untuk pelayanan kuratif, sistem kesehatan harus terus memperhatikan pendekatan kesehatan masyarakat, karena pendekatan kesehatan masyarakat merupakan garda depan untuk membangun masyarakat yang tangguh menghadapi berbagai faktor eksternal tersebut.

Pendekatan multi sektor hanya dapat dimungkinkan apabila semua pihak merasa bahwa pencapaian SDGs merupakan tanggung jawab bersama. Untuk itu, ada berbagai gap yang harus diatasi, misalnya gap tata kelola, perspektif gender, dalam kemampuan mengatasi ego sektoral. Selain itu, pemerintah perlu bekerjasama dengan sejumlah kementerian terkait untuk memastikan anggaran yang cukup untuk mendukung upaya pencapaian SDGs. Perlu pula bantuan dari pihak di luar pemerintah untuk mendesak agenda pencapaian SDGs di semua sektor. Peneliti memiliki posisi strategis untuk mendorong bukti - bukti yang telah dianalisis untuk menunjukkan apa pendekatan yang efektif. Lebih jauh lagi, rekomendasi peneliti juga harus mendorong dan mendesak adanya kerjasama multi sektor.

Reporter : Shita Dewi

 

Link Terkait:

 {jcomments on}

Reportase HSR 2018, Hari Pertama

Senin, 8 Oktober 2018

Sesi 1

Health financing Toward UHC: Practical lessons learned from priority setting and strategic purchasing in low and middle - income countries


  Pengantar

Problem di UHC tetap masih pada akses dan sumber dana. Out of pocket spending masih mendominasi di daerah - daerah miskin. Sementara itu penggunaan dalam bentuk Benefit Packages juga harus dikritisi. Apa yang harus diberikan dalam bentuk apa, dan untuk siapa pelayanan diberikan. Tantangan yang ada antara lain data tidak cukup untuk dapat dipakai dalam pengambilan keputusan. Kurang ada keterlibatan civil society. Tantangan berikutnya adalah situasi supply side, misalnya quality improvement, ketersediaan, problem bernegosiasi dengan pihak swasta merupakan contoh. Juga mengenai alokasi sumber dana: kegiatan apa yang harus dibayari dan untuk siapa.

hsr3 1Sesi ini diawali dengan paparan Professor Anthony Culyer dari University of York yang saat ini menjabat sebagai Ketua International Decision Support Initiative (IDSI). Pada intinya disebutkan bahwa dalam situasi saat ini untuk sektor kesehatan, Cost-Effectiveness Analysis (CEA) bukan satu - satunya solusi. Terdapat ideologi tentang kesehatan yang berguna bagi semua. Apa value  dan impact yang harus memiliki bukti. Hal ini bukan sebuah kegiatan politis namun teknis. Di Inggris dikembangkan oleh NICE dan didukung oleh pemerintah dan kelompok oposisi.

Apa yang bisa di - share dari pengalaman di Inggris? NICE dibentuk karena terdapat skandal - skandal medik. Dibutuhkan lebih banyak perencanaan yang bisa memilah - milah impact pelayanan kesehatan, mana yang logis dan mana yang tidak. Untuk itu capacity building mengenai isu ini sangat dibutuhkan untuk menghadapi situasi terkait nilai dan dampak dari pelayanan kesehatan.

hsr3 2Prof Calypso dari Imperial College Inggris membahas lebih banyak mengenai rationing plan. Tergantung pada situasi di berbagai negara. Perlu independensi negara yang mengembangkan perencanaan pelayanan kesehatan yang masuk ke UHC atau yang tidak. Menentukan Benefit Package dan obat apa yang harus masuk. Untuk itu capacity development penting sekali dalam kegiatan ini. Namun konteks yang ada perlu diperhitungkan. Setiap negara mempunyai regulasi masing - masing. Terdapat perbedaan transparasi dan perbedaan perilaku politikus.

 

 

Bagi para pembaca yang ingin lebih mendalami mengenai diskusi ini lebih lanjut, silahkan membaca buku yang berjudul menarik ini.

BOOKS
What's In, What's Out: Designing Benefits for Universal Health Coverage

read more

 

 

 

 

  Refleksi untuk Indonesia

Dalam situasi defisit di BPJS, pertanyaan mengenai apa yang masuk dan apa yang harus keluar dari list pelayanan kesehatan dan serta obat – obatan yang dibutuhkan. Apakah BPJS perlu membayar untuk sebuah obat yang sangat mahal dengan manfaat yang sangat kecil? Apakah BPJS harus membayar teknologi yang tidak cocok lagi? Hal-hal ini menjadi kunci yang perlu dipelajari oleh kita para peneliti kebijakan kesehatan, termasuk para klinisi yang sehari hari berhadapan dengan pasien. Pertanyaan mengenai Apa yang akan didanai oleh BPJS dan untuk siapa, akan menjadi pertanyaan klasik sepanjang masa. Untuk itu perlu sekali membaca buku yang dapat di klik di atas.

Reporter : Laksono Trisnantoro (PKMK UGM)

Link Terkait:

 {jcomments on}

Training Resources

backk Back

Pada hari pertama ini, terdapat workshop yang terkait dengan ketrampilan dalam penyebaran hasil penelitian. Judulnya adalah:
"Out of Library and into the World: Communication for research".

Sesi ini sangat penting untuk kita semua, peneliti dan juga para mahasiswa pascasarjana kebijakan dan manajemen kesehatan.

Tujuan sesi ini adalah untuk:

  1. Memahami untuk siapa, mengapa, bagaimana dan melalui format apa hasil riset akan disampaikan;
  2. Memahami berbagai macam platform yang tersedia untuk penyebaran hasi riset;
  3. Mampu menyusun isi dan membentuknya menjadi bahan yang dikirimkan.

Di dalam kegiatan ini, peserta workshop dilatih beberapa hal mengenai Presentasi dan menulis Blog. Untuk presentasi dilakukan kegiatan mempersiapkan penyajian mulai dari menulis opening, sampai ke penyusunan struktur presentasi. Untuk menulis blog ada berbagai hal yang perlu dilakukan secara detil agar blognya menarik.

Para pembaca laporan yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut silahkan klik di sini untuk mengikuti berbagai Video dan bahan training untuk berbagai cara penyebaran ilmu:

Designing Effective Research Posters

Learn how to design clear and engaging research posters that communicate effectively with your audience.

 

Writing and Promoting your Blog Post

Blogging is a way to get your research and ideas out to into the world. This guide goes through the key points in structuring and promoting your blog post.

Presentation Matters!

A short video on how to make the most of presenting



 

 

Policy Engagement

Understanding the tools, tactics and approaches to how you can successfully engage with policy audiences and achieve demonstrable research impact.

 

Communicating Through the Media

A guide for researchers on how to communicate through the media.

 

Why should researchers use social media?

These resources will show how researchers can use social media to benefit their work.

Pleno 1.2

Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kesehatan Masyarakat

pleno1-2

Sulistiono (Ketua MTKI), memaparkan bahwa Surat Tanda Registrasi (STR) yang merupakan bukti tertulis dan dikeluarkan oleh MTKI dapat berlaku secara nasional maupun internasional. Saat ini hampir 34 ribu tenaga kesehatan masyarakat yang telah memiliki STR, dan terbanyak berasal dari Provinsi Sulsel (6000-an orang). Sulistiono menambahkan bahwa tenaga dengan jabatan fungsional atau dengan pengalaman tertentu yang ditetapkan oleh organisasi profesi sendiri, bisa mendaptakan sertifikasi meskipun secara pendidikan tidak melewati jenjang tertentu.

materi

Usman (Kepala Badan PPSDM Kementeran Kesehatan) mengatakan bahwa seharusnya kompetensi puskesmas diperkuat untuk mencegah semakin meningkatnya PTM. Data menunjukkan bahwa penanganan penyakit jantung telah menghabiskan anggaran JKN sebesar Rp 3,5T padahal kasus ini ada di urutan keempat terbanyak. 80% dana JKN digunakan untuk kuratif. IDI telah mengusulkan agar komposisinya diubah menjadi 50 : 50, untuk memperbesar kapitasi. Penyebaran tenaga kesehatan menunjukkan kecenderungan dimana kebanyakan nakes mengisi daerah-daerah barat dan kota besar. Hanya tenaga sanitarian yang menunjukkan pola sebaliknya, yaitu makin ketimur dan perifer makin banyak. Saat ini ribuan puskesmas masih kekurangan tenaga kesehatan. Diproyeksikan kebutuhan tenaga kesehatan untuk mengisi puskesmas-puskesmas tersebut adalah sebanyak hampir 63 ribu tenaga. Tahun 2019 ada lebih dari 56 ribu tenaga kesehatan sudah akan ditngkatkan kompetensinya.

materi

Anung Sugihantono (Dirjen Kesehatan Masyarakat) menggelitik peserta dengan pertanyaan siapa yang bertanggungjawab terhadap pengeluaran rumahtangga yang komposisinya lebih banyak untuk belanja makanan instan (26%) dan rokok (hampir 13%). Menurutnya, dengan perubahan generasi X dan Y menjadi generasi Z saat ini, para ahli kesehatan masyarakat harus pandai berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda, dan bukan hanya membicarakan mengenai trend kesakitan maupun prevalensi melainkan sampai keukuran-ukuran ekonomi, misalnya berapa kerugian dari banyaknya pasien dialysis perbulan yang menyerap APBN maupun APBD.

materi

IAKMI – sebagaimana dipaparkan oleh Dedi Supratman (Ketua UKSKMI) – telah melakukan berbagai upaya strategis untuk mewujudkan profesi kesehatan masyarakat yang mutunya diakui, misalnya dengan mengebangkan instrument untuk uji kompetensi dan menjalin MoU dengan berbagai instansi yang terkait. Sayangnya, hasil uji kompetensi yang dipaparkan oleh Agustin Kusumayanti menunjukkan bahwa kurang dari 40% peserta uji yang lulus. Artinya, mutu sarjana kesehatan masyarakat masih rendah dan sangat bervariasi antar - perguruan tinggi. 

silahkan klik materi dedi supratman dan agustin kusumayanti  materi 1   materi 2

Reporter: Putu Eka Andayani

 

 NAVIGASI REPORTASE

Hari I

Hari II

Hari III

 

 

 

{jcomments on}

 

Presentasi Oral Hari 3

Oral 1

Ekonomi Kesehatan

oral5Dwi Handono dari PKMK FK UGM memaparkan hasil penelitiannya mengenai kendala penyerapan Jampersal di salah satu kabupaten di Kalimantan Barat. Pembiayaan melalui program Jampersal di tahun 2016 ini dimanfaatkan untuk operasional rumah tunggu, operasional pelayanan kesehatan di rumah tunggu serta biaya transportasi rujukan persalinan. Daerah-daerah dengan karakteristik perdesaan ataupun terpencil membutuhkan rumah tunggu untuk mengantisipasi komplikasi maternal, namun demikian dana Jampersal tersebut belum terserap karena kurang terperinci-nya juklak/juknis, belum adanya Perda yang mengatur besaran biaya perjalanan untuk jarak tertentu, serta belum ada standar biaya dan fasilitas rumah tunggu yang akan disewa.

Peneliti lain dari PKMK FK UGM mengangkat topik kesetaraan alokasi pembiayaan program kesehatan antar wilayah perkotaan dan perdesaan di 3 kabupaten di Papua. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa belum ada pedoman dalam perencanaan dan penganggaran yang spesifik mengarahkan perlunya alokasi secara khusus untuk wilayah perdesaan atau terpencil, guna memastikan bahwa dana dimanfaatkan dan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat dalam satu kabupaten.

Beralih ke isu di pelayanan kesehatan tingkat rujukan, Ryman Napirah dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulalako, Palu memaparkan hasil penelitannya mengenai costing Rumah Sakit melalui metode ABC, Activity Based Costing. Penelitian yang mengambil RS Anutapura sebagai lokasi penelitian menggunakan metode penghitungan costperawatan di Rumah Sakit berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh 3 kelompok pos pembelanjaan, yakni: 1) Unit level activity meliputi: telepon, listrik, air, makan-minum, perawat; 2) batch level activity: biaya kebersihan, bahan habis pakai, dan administrasi, serta; 3) Facility level activity: meliputi biaya laundry, gedung dan fasilitas. Dari analisis tersebut, Ryman menemukan bahwa perhitungan cost dengan metode ABC menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan penghitungan cost model tradisional. Ryman menutup sesinya dengan merekomendasikan penggunaan metode ini ke depannya untuk meningkatkan transparansi dan akurasi penghitungan unit cost di Rumah Sakit.

Nurfardiansyah Bur dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia, Makassar mengangkat isu hubungan antara bauran pemasaran Rumah Sakit Umum Daerah di Gowa dengan loyalitas pelanggan. Dalam dunia pemasaran, dikenal istilah 'bauran pemasaran' yang dapat diartikan sebagai alat perusahaan untuk memperoleh respon yang diinginkan dari pasar. Penelitian Nurfardiansyah mengambil sampel 114 pasien rawat dinap di RSUD Gowa dan melihat berbagai aspek pelayanan, antara lain: promosi, tenaga kesehatan penyedia pelayanan kesehatan, proses pelayanan, dan fasilitas fisik. Hal yang menarik adalah bahwa fasilitas fisik, promosi serta penyedia pelayanan kesehatan yang baik menjadi faktor-faktor yang berpengaruh pada loyalitas pasien, sedangkan proses pelayanan tidak berpengaruh pada loyalitas pasien. Tidak berhubungannya antara proses pelayanan dengan loyalitas dapat saja disebabkan oleh status pasien yang sebagian besar anggota BPJS Kesehatan dan status RS sebagau milik pemerintah, sehingga cenderung memiliki loyalitas tinggi.

Reporter: Likke Prawidya Putri, MPH

 

 

 NAVIGASI REPORTASE

Hari I

Hari II

Hari III

 

 

  • angka jitu
  • togel 4d
  • agen togel
  • slot 4d
  • bandar toto 4d
  • togel 4d
  • togel online
  • rajabandot
  • slot gacor
  • toto macau
  • toto macau
  • situs toto
  • situs slot
  • rtp live slot
  • toto slot
  • bandar slot
  • toto macau
  • bandar togel online
  • togel online
  • togel sdy
  • togel online
  • toto macau
  • hongkong lotto
  • hongkong lotto
  • situs slot
  • slot gacor
  • bandar slot 4d
  • bandar slot
  • bandar slot gacor
  • bandar slot gacor
  • bandar togel 4d
  • wengtoto
  • toto hk
  • slot dana
  • hk lotto
  • toto sdy
  • slot gacor
  • slot 5000
  • toto slot
  • toto macau
  • slot thailand
  • slot gacor
  • togel sidney
  • live draw sgp
  • Bandar Slot
  • bandar slot gacor
  • toto slot
  • slot qris
  • slot toto 4d
  • Toto Togel 4D
  • sdy lotto
  • bola gacor
  • toto hongkong
  • toto slot
  • slot 5000
  • slot 5000
  • toto togel
  • slot 5000
  • slot 5000
  • slot 5000
  • situs toto
  • toto macau
  • slot 5000
  • toto slot
  • bandar togel
  • slot 5000
  • BATASRAJABANDOT
  • slot 777
  • slot gacor
  • slot gacor
  • Bandar Slot
  • Situs Slot
  • Bandar Slot
  • Slot Gacor
  • situs slot
  • situs slot
  • Situs Slot Gacor
  • Bandar Situs Slot Gacor
  • bokep
  • Slot Demo
  • situs togel
  • permainan slot
  • dewa slot
  • agent slot
  • slot toto
  • slot gacor
  • toto slot
  • toto slot
  • slot gacor
  • slot gacor
  • https://heylink.me/iblbettotoslot
  • slot88
  • situs toto
  • polototo
  • togel online
  • slot 5000
  • scatter hitam
  • slot online
  • slot online
  • slot gacor
  • situs toto
  • agen slot 5000