Lemah, Eksekusi Program Kesehatan Pemerintah
Pemerintah dinilai kurang melakukan eksekusi terhadap program dan kebijakan kesehatan yang telah ditetapkan. Akibatnya, program dan kebijakan tersebut dirasa kurang berdampak positif, dan belum banyak mengubah pola pikir masyarakat menjadi lebih baik.
Seandainya pemerintah bisa membagikan visi dan misi dalam programnya dengan lebih baik, maka masyarakat akan melakukan program atau kebijakan tersebut.
"Sebetulnya, program dari pemerintah sudah baik, namun pelaksanaannya masih kurang. Seharusnya bisa menyentuh sampai masyarakat awam tidak hanya seputar pejabat," kata Country Director Plan Indonesia Myrna Remata Evora pada KOMPAS Health, Selasa (19/11/13).
Kurangnya mantapnya eksekusi dibuktikan partisipasi masyarakat yang kurang dalam pelaksanaan program dan kebijakan. Padahal, partisipasi yang tinggi akan mempercepat pelaksanaan program, tentunya dengan tingkat keberhasilan yang besar. Hal sebaliknya bisa terjadi bila partisipasi masyarakat rendah.
Daya partisipasi masyarakat dapat ditingkatkan jika mereka mengerti manfaat program atau kebijakan tersebut. "Di sinilah kekurangan pelaksanaan program atau kebijakan yang ada. Bila masyarakat tidak mengerti manfaatnya, tentu sulit mengubah pola pikir dan kebiasaan yang telah lama tertanam," kata Evora.
Evora mengatakan, sebetulnya masyarakat Indonesia tidak sulit diubah. Dengan pendekatan yang tepat, masyarakat akan bersedia mengubah pola pikir dan kebiasaan yang telah lama dijalaninya. Selanjutnya masyarakat akan mempertahankan pola pikir dan kebiasaan baru yang dirasa lebih menguntungkan, serta membuang yang lama. Pola pikir dan kebiasaan baru inilah yang kemudian ditularkan pada generasi selanjutnya.
Evora mencontohkan pelaksaan program Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM) dan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS). Dibutuhkan waktu 13-14 tahun untuk meyakinkan dan membiasakan masyarakat di Kabupaten Dompu, Propinsi Nusa Tenggara Timur, untuk selalu mencuci tangan dan buang air pada tempatnya.
Memang bukan proses yang mudah dan sebentar, namun hasilnya diperoleh satu generasi yang yakin cuci tangan dan buang air pada tempatnya memang lebih baik untuk kesehatan. Keyakinan ini kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Pada dasarnya masyarakatlah yang mengerti apakah mereka perlu ditolong dan sejauh apa pertolongan tersebut diberikan. Jika mampu membuat masyarakat mengerti kenapa mereka harus ditolong, maka program akan terlaksana. Selanjutnya masyarakat akan mengerti dan mengikuti program yang memang bertujuan baik," kata Evora.
Untuk menyukseskan pendekatan pada masyarakat, Evora menyarankan pemerintah banyak melibatkan tokoh muda. Dalam setiap populasi, pemuda selalu menempati porsi hampir separuh. Dengan jumlah yang banyak dan pola pikir yang baik, pemuda merupakan aset perbaikan kondisi masyarakat. Hal ini kurang diterapkan pada kebijakan pemerintah, yang umumnya melibatkan generasi tua.
Selain itu, Evora menyarankan untuk selalu menomorsatukan humor, kekeluargaan, dan loyalitas. "Orang Indonesia sangat terkenal dengan tiga karakter tersebut. Mereka humoris tapi juga serius dan berdedikasi. Bila bisa masuk ke hati dan pikirannya, maka orang Indonesia cenderung loyal," kata Evora yang berkebangsaan Filipina tersebut.
sumber: health.kompas.com