Pelayanan Kesehatan Terus Membaik dan Terus Ditingkatkan

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menilai akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu sudah semakin membaik dan kualitasnya akan terus ditingkatkan.

"Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu, sudah semakin membaik," kata Nafsiah Mboi dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, belum lama ini.

Dia mengutip hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan, pertama persentase ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan meningkat dari 92 persen tahun 2002 menjadi 96 persen pada 2012. Kedua menurut dia persentase ibu yang bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan meningkat dari 66 persen (2002) menjadi 83 persen (2012).

"Ketiga persentase ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan meningkat dari 40 persen (2002) menjadi 63 persen (2012)," ujarnya.

Nafsiah menjelaskan, pemerintah selalu berupaya meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, dengan tiga cara, pertama mengusahakan tenaga kesehatan dalam jumlah yang memadai dengan kualitas yang sebaik-baiknya terutama bidan.

Kedua menurut dia, dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang terbaik sesuai dengan standar terutama penyediaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) selama 24 jam dalam tujuh hari yang dikenal dengan sebutan PONED 24/7 dan PONEK 24/7.

Dia mengatakan cara ketiga dengan memobilisasi seluruh lapisan masyarakat, utamanya untuk pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dengan Pencegahan Komplikasi (P4K). Hal itu menurut dia untuk tahap pertama implementasi, telah ditetapkan 9 provinsi dengan penduduk terbanyak yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, yang akan diikuti oleh provinsi lainnya.

"Saya meminta segenap jajaran pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota bersama seluruh lapisan masyarakat di Tanah Air untuk bekerja keras, bekerja cerdas, dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu 2013-2015, agar angka kematian ibu dapat segera kita turunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015," ujarnya.

Menurut dia, dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) V yaitu meningkatkan kesehatan ibu, dibutuhkan upaya-upaya yang efektif dan efisien serta konsisten dari seluruh pemangku kepentingan untuk ikut bersama-sama berupaya dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI).

Terkait hal tersebut Nafsiah mengatakan Kemenkes menyusun Rencana Aksi Percepatan Penurunan AKI tahun 2013-2015, dengan tujuan pertama menjabarkan visi, misi, dan program Presiden yang berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Selain itu menurut dia kedua untuk menjadi panduan dan arahan dalam pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan ibu dan neonatal di tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kota.

Dan ketiga menurut Nafsiah untuk memfokuskan pada peningkatan sistem pelayanan kesehatan untuk menjamin tersedianya akses terhadap pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir yang berkualitas.(ant/hrb)

sumber: www.investor.co.id

 

Warga Berisiko HIV Didorong Periksa Kesehatan

Komisi Penanggulangan Aids Kota Magelang mendorong warga masyarakat berisiko tertular HIV memeriksakan kesehatannya secara rutin di sejumlah tempat layanan kesehatan yang disiapkan pemerintah setempat.

"Kami berusaha menggerakkan masyarakat berisiko tinggi terkena HIV dan Aids untuk memeriksakan kesehatannya secara rutin ke layanan kesehatan yang tersedia," kata Sekretaris KPA Kota Magelang Surasmono dalam kegiatan peningkatan kesadaran publik terhadap kondom di Magelang, Jumat (27/9) malam.

Kegiatan dalam rangka peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2013 yang jatuh setiap 26 September itu, antara lain berupa pemeriksaan kesehatan terhadap mereka yang berisiko tinggi tertular HIV dan Aids, serta pembagian kondom secara gratis.

Puluhan warga berisiko tinggi terkena HIV dan Aids mengikuti kegiatan itu. Mereka antara lain yang tergabung dalam Komunitas Be Positif, Kelompok Dukungan Sebaya, dan Lembaga Swadaya Masyarakat Kalandara Semarang.

Ia menjelaskan tentang pentingnya pembelajaran kepada warga berisiko tinggi terserang HIV dan Aids untuk selalu menggunakan kondom dalam berhubungan seksual.

Pihaknya juga memandang perlu menjalin komunikasi dengan berbagai pihak terkait untuk pelaksanaan program pencegahan penyakit itu agar dapat berjalan efektif dan melakukan sosialisasi tentang perkembangan penularan penyakit tersebut.

Hingga saat ini, pihaknya telah dua kali menggelar kegiatan peningkatan kesadaran publik terhadap kondom. Kegiatan pertama pada April 2013, sedangkan kedua pada Jumat (27/9) malam.

"Sasaran kami kepada masyarakat di 11 kelurahan di tiga kecamatan, antara lain bentuknya berupa penyuluhan, supervisi kelompok kerja KPA tiga bulan sekali, pembentukan 'outlet' kondom, penyegaran petugas 'outlet', dan distribusi kondom," katanya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Magelang dr Pantja Kuntjara mengatakan pemeriksaan kesehatan terhadap mereka yang berisiko tinggi tertular HIV secara gratis di beberapa tempat layanan kesehatan di kota itu.

"Pemeriksaannya gratis, kami antara lain menyiapkan fasilitas klinik tersebut di Puskesmas Magelang Selatan, RSU, dan RST," katanya.

sumber: www.antarajateng.com

 

Anggaran Masih Minim : Sektor Kesehatan Belum Mendapat Perhatian Optimal

Sektor kesehatan tampaknya belum mendapat perhatian optimal dari pemerintah. Keberpihakan pemerintah pada sektor ini dinilai belum ada. Hal ini ditunjukkan dengan minimnya anggaran kesehatan. Padahal, tahun 2014, banyak program kesehatan yang harus dijalankan, kata anggota Komisi IX DPR Okky Asokawati (F-PPP), di Jakarta, Selasa (24/9/2013).

Kesehatan dan kesejahteraan rakyat sebenarnya adalah amanat konstitusi. Dari konstitusi itulah disusun program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU No.40/2004 tentang SJSN, mengamanatkan paling lambat 5 tahun dari diundangkannya UU SJSN itu, pemerintah harus sudah membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Fungsi BPJS sendiri sebagai penyelenggara SJSN. Tapi, menurut Okky, setelah UU SJSN diberlakukan pada 2014, pemerintah belum membentuk BPJS hingga tahun 2009. "Pemerintah tidak ngapa-ngapain atau melaksanakan UU SJSN itu. Akhirnya, inisiatif DPR untuk membuat RUU BPJS. Dan pada 2011 UU BPJS disahkan," ungkap Okky.

Di sini bisa terlihat, keberpihakan pemerintah sangat kurang untuk sektor kesehatan yang sesungguhnya merupakan kebutuhan dasar rakyat Indonesia. Okky mengeritik pemerintah yang katanya lebih mementingkan pembangunan infrastruktur daripada membangun kesehatan masyarakat. Anggaran banyak terserap ke infrastruktur, karena mungkin dinilai pemerintah lebih seksi. Hasil pembangunan infrastruktur bisa langsung terlihat dengan kasat mata ketimbang kesehatan.

Soal anggaran sektor kesehatan yang masih minim, menurut Okky mestinya sudah bisa dioptimalkan, mengingat BBM tidak disubsidi lagi oleh APBN. Dengan begitu, perhatian terhadap anggaran kesehatan bisa dipenuhi sesuai amanat UU Kesehatan, yaitu 5% dari APBN.

"Soal anggaran kesehatan ini, saya kira masalah keberpihakan saja. Gembar-gembornya pembangunan selalu di infrastruktur. Pemerintah selalu menilai, dengan perbaikan infrastruktur, maka ekonomi akan meningkat. Menurut saya, kalau pemerintah hanya fokus pada infrastruktur, sementara SDM-nya penyakitan, enggak bisa jalan, walaupun infrastrukturnya sudah bagus," kilah Okky. (A-109/A-88)***

sumber: www.ptaskes.com

 

Siapkah Indonesia masuki pelayanan kesehatan universal?

Meski banyak suara meragukan, pemerintah menyatakan tetap akan memberlakukan sistem asuransi kesehatan universal untuk seluruh warga negara mulai Januari 2014.

Skema jaminan ini diatur dengan payung UU Badan Pengelola Jaminan Kesehatan (BPJS) yang disahkan dua tahun lalu.

UU tersebut mewajibkan pemerintah memberikan jaminan layanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali, dimana jaminan untuk warga miskin didanai dengan bea premi yang dibayar pemerintah.

"Memang belum seratus persen karena kita masih jalan, tapi yang penting-penting sudah kita siapakan," kata Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi kepda BBC.

Diantara bagian terpenting itu menurut Menkes Nafsiah, adalah kepastian turunnya dana senilai sedikitnya Rp16 triliun sebagai jaminan pembayaran penerima bantuan iuran (PBI) dana kesehatan.

Dana sebesar itu akan dipakai sebagai pembayar iuran (premi) bagi 86,4 juta warga miskin, atau sama dengan penerima fasilitas Jamkesmas secara nasional saat ini, dengan jumlah rata-rata mencapai Rp15.500 per kepala/ bulan.

"Memang belum ideal tetapi memang itulah kemampuan pemerintah kita saat ini," kata MenKes.

Menurut hitungan Kementrian Keuangan, secara total pada tahun 2014 pemerintah akan menggelontorkan dana lebih dari Rp26 triliun termasuk untuk menambah inrafstruktur, serta perbaikan jaminan kesehatan bagi PNS dan TNI/Polri.

RS mundur

Dalam skema UU BPJS disebutkan bahwa setiap warga negara akan mendapat jaminan kesehatan yang dikelola seperti asuransi dalam model komersial.

Perusahaan penyelenggara layanan ini adalah BPJS, yang merupakan alih wujud dari PT Askes yang ada saat ini.

Sementara ini sudah ada tiga provinsi yang menjadi proyek percontohan BPJS yakni Jakarta(dengan program Kartu Jakarta Sehat KJS), Jawa Barat dan Aceh.

Tetapi belum lagi dimulai pada April lalu, sejumlah rumah sakit swasta memilih mundur dari daftar penyedia layanan karena merasa dirugikan dnegan pola penghitungan tarif model INA CBGs yang diterapkan pemerintah.

"Kalau dulu dengan Jamkesmas kami biasa mendapat pembayaran antara 75-85% klaim, sekarang cuma 10-30%," kata Wakil Dirut RS Thamrin Internasional, Barry Radjak, yang sempat terang-terangan memilih mundur.

Pola penghitungan tarif dalam system Jamkesmas yang memakai model tarif per layanan (fee for service) memang sangat berbeda dengan model tarif paket layanan.

Kalau dalam hitungan sebelumnya dokter boleh menentukan tindakan medis, jenis obat hingga jenis alat yang dipakai pasien, kini semua biaya dihitung per satu paket pengobatan.

Akibatnya sering kali menurut rumah sakit, hanya sebagian kecil layanan yang diakui pemerintah, padahal rumah sakit mengklaim mengeluarkan biaya besar untuk menyediakan layanan itu.

"Misalnya dalam simulasi kami tariff NICU (ruang rawat intensif untuk bayi baru lahir) mencapai Rp24 juta untuk 4 hari. Tapi dalam INA CBGs hanya diakui Rp3,1 juta," protes Barry masygul.

Barry mengatakan operator rumah sakit swasta lain mencontohkan dalam kasus bayi baru lahir yang harus dirawat selama 30 hari di ruang NICU hingga menghabiskan dana Rp120 juta, ternyata hanya dibayar Rp10 juta.

"Akhirnya kami sampaikan surat pada Dinkes Pemda DKI, kami mundur dulu."

Ujug-ujug

Kasus RS Thamrin dan 14 rumah sakit ini –belakangan diberitakan Pemda DKI hanya dua RS yang secara resmi meminta mundur– membuka mata banyak pihak tentang rumitnya persoalan BPJS.

Pemda DKI yang menggelar evaluasi tentang kebijakan pola tarif ini mengatakan tengah menghitung ulang besaran tarif yang dianggap pas untuk penyedia dana maupun rumah sakit.

Tidak seperti program nasional yang hanya mematok subsidi iuran dana kesehatan warga miskin sebesar Rp15.500, pemda Jakarta memberikan Rp23.000 untuk tiap pasien per bulan sebagai dana kesehatan dalam skema Kartu Jakarta Sehat (KJS).

Tetapi menambah besaran iuran untuk memberikan pembayaran lebih besar pada rumah sakit akan mengganggu keseimbangan anggaran daerah, danKlik langsung ditolak Gubernur Joko Widodo.

"Ya tidak bisa, jelas akan mengganggu APBN wong sudah disahkan," tegasnya.

Menurut Ketua Panitia Kerjaja penyusunan UU BPJS DPR, Supriyatno, pangkal masalahnya ada pada kecilnya dana yang dialokasikan untuk membayar iuran rakyat miskin.

"Saya yang pimpin rapatnya di DPR. Ada Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), ada Menkes, ada IDI yang lainnya hadir juga. Tadinya usulannya Rp27.000,"kata anggota Fraksi Gerindra ini.

Belakangan setelah sampai ke meja Kementrian Keuangan ternyata iuran ditetapkan tinggal Rp15.500.

"Ujug-ujug dipotong sendiri, tidak pakai alasan. Maaf kemampuan fiskal negara terbatas, gitu aja," serunya dalam sebuah forum diskusi tentang BPJS jengkel.

Kritik juga datang dari asosiasi dokter, rumah sakit, tenaga medis dan sejumlah kalangan lain.

Sebaliknya menurut hitungan Kementrian Keuangan, angka Rp15.500 sudah memperhitungkan besaran layanan dan kemampuan keuangan negara dalam jangka panjang.

"Kalau kita memaksakan mendapatkan layanan ini secara generous, itu berisiko secara fiskal," kata Isa Rachma Parwata, Wakil Menkeu dalam acara diskusi yang sama.

Meski dianggap kecil, jumlah itu juga dinilai cukup aman karena tak akan seluruhnya dipakai oleh 86 juta orang berbarengan.

Jumlah ini juga dianggap lebih masuk akal mengingat dalam pola Jamkesmas sebelumnya, pemerintah hanya mengucurkan rata-rata Rp6.000 sd 6.500 per pasien sebagai dana kesehatan.

"Artinya sudah ada kenaikan lebih dari 100%, kenapa harus pesimistis, ayo kita jalan saja dulu," seru Menkes Nafsiah Mboi.

Buruh bertahap

Di sisi lain, diharapkan terjadi susidi silang pada pembayar premi yang lebih besar terutama dari kalangan pekerja/buruh yang mendapat jaminan dari perusahaan dengan iuran rata-rata Rp35 ribu untuk sekitar 36 juta pekerja.

Tidak seperti kemampuan negara yang minim, dana segar dari kelompok buruh ini dianggap mampu menyeimbangkan anggaran layanan kesehatan untuk kelompok lebih miskin yag ditanggung pemerintah.

Namun Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr dr Zainal Abidin membantah kalkulasi subsidi silang tersebut.

"Iuran/premi PBI yang rendah tidak akan mampu mendongkrak premi (peserta) lain. Karena jumlah orang miskinnya terlalu banyak sementara pembayar premi (pekerja) dengan nilai yang lumayan, itu hanya sedikit sehingga subsidi silangnya tidak terjadi," kata Dr Zainal.

Apalagi dalam rancangan pemerintah baru rakyat miskin berjumlah 86,4 juta yang akan diikutkan dalam BPJS 2014, sementara buruh akan diikutkan secara bertahap hingga 2019.

"Saya rasa ini yang harus dijadikan catatan penting pemerintah: kenapa buruh yang sejak awal berdarah-darah memperjuangkan BJPS justru ditinggal di belakang? Padahal mereka punya daya dorong luar biasa untuk subsidi silang dengan iuran sebesar Rp35 ribu?" gugat Odang Muchtar dari Persatuan Rumah Sakit Indonesia, Persi.

Meski ada masalah dengan besaran premi, Odang juga berpendapat kalangan praktisi medis tak layak meragukan pemberlakuan BPJS mulai tahun depan.

"Jamkesmas dengan dana sekian bisa jalan, kenapa BPJS dengan dana yang lebih besar justru dipandang akan gagal?" serunya.

sumber: www.bbc.co.uk

 

Diluncurkan, Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012

Menko Kesra Agung Laksono meluncurkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 pada puncak peringatan Hari Kontrasepsi seDunia, Rabu (25/9).

Peluncuran hasil SDKI 2012 tersebut sekaligus menandai dibukanya akses publik termasuk peneliti dari seluruh dunia untuk bisa mengetahui dan memanfaatkan data kependudukan Indonesia kurun waktu 1987 hingga 2012.

"Ini pertamakalinya Indonesia memberikan akses publik yang luas untuk bisa mengetahui data kependudukan dan profil kesehatan penduduk Indonesia," papar Agung.

Hasil survey tersebut dikatakan Agung memiliki data yang bisa dijamin akurasi dan validitasnya. Sebab survei tersebut benar-benar berbeda dengan hasil survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga politik yang belakangan sangat popular di Indonesia.

"Survei politik cenderung tidak obyektif karena publikasi terhadap hasil survei lebih kepada tujuan untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas tokoh tertentu," katanya.

Karena itu Agung mendukung upaya BKKBN untuk mempublikasikan hasil survei melalui website agar bisa diakses oleh siapapun termasuk pihak asing yang membutuhkan profil kependudukan dan kesehatan Indonesia. Akses publik terhadap hasil survei bisa diunduh melalui www.sdki.bkkbn.go.id .

Diakui Agung, berdasarkan hasil SDKI 2012, Indonesia saat ini menghadapi persoalan kependudukan dan KB yang cukup berat untuk mencapai target rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) tahun 2010-2014.

Persoalan tersebut antara lain tingginya angka kelahiran total (TFR) masih tetap pada angka 2,6 anak per wanita yang berarti tidak ada penurunan dalam kurun 10 tahun terakhir.

Angka fertilitas pada usia remaja juga masih tinggi ditandai dengan ASFR 15-19 tahun sebesar 48 per 1000 wanita. Lalu tingkat kesertaan ber-KB relatif konstan dibanding 5 tahun lalu yaitu 57,9 persen.

Persoalan lainnya adalah penggunaan alat kontrasepsi dalam 5 tahun terakhir ini lebih didominasi oleh cara KB jangka pendek seperti suntik dan pil. Meski kedua metode tersebut dijamin akurasinya tetapi dalam penggunaannya benar-benar membutuhkan tingkat kepatuhan yang tinggi dari peserta KB.

"Pemakaian metode KB jangka panjang hanya sebesar 10,6 persen. Dan ini menjadi pekerjan yang harus kita selesikan dimasa mendatang," lanjut Agung.

Berbagai persoalan dibidang kependudukan dan KB tersebut jelas Agung akan membawa implikasi pada pencapaian MDGs dan penetapan sasaran RPJMN 2015-2019.

Sementara itu Kepala BKKBN Fasli Jalal mengatakan bahwa Indonesia sudah melakukan SDKI untuk ke-7 kalinya. Hal yang istimewa dari SDKI 2012, bahwa petugas survey juga melakukan pendataan tentang angka kematian ibu dan balita, sehingga hasil survey jauh lebih lengkap dan sempurna.

Menurut Fasli hasil SDKI 2012 tersebut menjadi potret lengkap gambaran tentang data kelahiran, kematian, prevalensi program KB dan kesehatan khususnya reproduksi penduduk Indonesia.

SDKI merupakan bagian dari survei serupa yang dilaksanakan di 85 negara di Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Timur Tengah untuk memenuhi kebutuhan data dasar berketerbandingan internasional dibidang kependudukan dan kesehatan.

"SDKI 2012 merupakan salah satu sumber data yang sangat penting sebagai basis dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan program kependudukan dan KB serta kesehatan," tandas Fasli.

Hasil SDKI 2012 dipastikan layak untuk menjadi rujukan data kependudukan dunia mengingat dalam proses pelaksanakan survey. BKKBN bekerjasama dengan kementerian Kesehatan, Badan Pusat Statistik dan lembaga-lembaga internasional. (inung/d)

sumber: www.poskotanews.com

 

Kesehatan sebagai Isu Utama Pembangunan Ekonomi

Pagi ini (24/9), Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., MPH, membuka acara The Third APEC High Level Meeting on Health and the Economy, di Nusa dua Bali. Hadir pada acara tersebut, Menteri Kesehatan dari China Taipei, Malaysia, Brunai Darussalam, Jepang (diwakili oleh Assisstant Minister), Amerika Serikat dan Filipina (diwakili oleh Senior Officials). Peserta lainnya ialah perwakilan Pemerintah (Sektor Kesehatan), Akademisi, Industri, Mitra Internasional terkait (World Health Organization, World Bank, Asian Development Bank), dan lain-lain.

Dalam sambutannya Menkes menyampaikan tema pada pertemuan APEC ke-3 ini ialah Model untuk Pelayanan Kesehatan Berkelanjutan (A Model for Sustainable Health Care). Hal ini perlu diapresiasi karena untuk yang pertama kalinya kesehatan menjadi isu prioritas dalam agenda APEC, yang selama ini banyak menitik beratkan pada pembangunan Ekonomi.

Dengan tema tersebut medorong kita untuk mengidentifikasi strategi yang diperlukan untuk sistem kesehatan berkelanjutan yang menyeluruh, mudah di akses, tepat guna dan efisien. Dalam menentukan strategi kita harus menekankan pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dan kecacatan. Selain itu, upaya promosi kesehatan selain berkoordinasi dengan lintas sektor harus terintegrasi dengan baik ke layanan rujukan, dengan pelayanan sekunder dan tersier lanjut Menkes.

Hasil yang diharapkan pada pertemuan HLM ini adalah rekomendasi untuk membantu mencapai sistem kesehatan berkelanjutan di seluruh ekonomi APEC, guna meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas. Rekomendasi tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan menurunkan biaya kesehatan individu, nasional dan antar ekonomi APEC

Saya berharap kita dapat bersama-sama mencapai tujuan penting ini, bekerja bersama menuju prestasi, dengan cara bekontribusi pada kesejahteraan rakyat serta terus membangun kekuatan ekonomi dan sosial masyarakat APEC, kata Menkes.

Agar individu mendapatkan derajat kesehatan tertinggi, isu kesehatan harus menjadi tujuan penting dari ekonomi. Upaya ini membutuhkan investasi signifikan dan upaya terorganisir dalam menghasilkan status kesehatan masyarakat, berkualitas tinggi dan adanya tenaga kerja yang produktif. Hal ini bisa dicapai melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang adil dan merata, berkelanjutan dengan penuh kepedulian. Hal tersebut akan menghasilkan manfaat besar bagi masyarakat dan menambah daya saing di pasar global.

Pemerintah Indonesia telah memilih isu Kesehatan sebagai salah satu prioritas utama dalam kepemimpinan APEC yaitu mencapai pertumbuhan berkelanjutan berkeadilan. Isu utama kesehatan dalam agenda APEC tahun ini mencerminkan pengakuan kita akan tumbuhnya ekonomi diantara anggota APEC. Mari kita memanfaatkan dua hari pertemuan untuk memutuskan rencana-rencana terbaik untuk menformulasikan atas kepentingan ekonomi rakyat kita, jelas Menkes.

Menkes menegaskan, pertemuan ini penting untuk menghasilkan rekomendasi yang dapat memajukan kesehatan bangsa dan memperkuat ekonomi kita ke depan. Rekomendasi ini akan disampaikan kepada Menteri APEC dan pemimpin dunia untuk dipertimbangkan dan disepakati pada Pertemuan Tingkat Menteri APEC dan Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC pada bulan Oktober mendatang.

Sebelum menutup sambutannya, Menkes mengajak semua delegasi dalam pertemuan untuk berpartisipasi aktif berbagi pengalaman dan memperluas pengetahuan melalui interaksi dengan delegasi lain dan para panelis.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan alamat e-mail This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it..

sumber: www.depkes.go.id

 

Pelayanan Kesehatan Jadi Isu Utama APEC

Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboy menyampaikan jika model untuk pelayanan kesehatan berkelanjutan (A Model for Sustainable Health Care) menjadi isu utama dalam KTT APEC yang digelar di Nusa Dua Bali 1-8 Oktober 2013.

Hal it diungkapkan Nafsiah Mboy ketika menjadi pembicara kunci pada pertemuan The Third APEC High Level Meeting on Health and the Economy di Nusa Dua, Bali, Nafsiah menyatakan perlunya diapresiasi mengingat untuk pertama kalinya kesehatan menjadi isu prioritas dalam agenda APEC.

"Selama ini pertemuan APEC lebih banyak menitik beratkan pada pembangunan ekonomi," ujar Nafsiah di Nusa Dua, Bali, Selasa (24/9/2013).

Tema itu, kata Nafsiah akan mendorong agar bisa lebih mengidentifikasi strategi yang diperlukan untuk sistem kesehatan berkelanjutan secara menyeluruh. Ia berharap agar pelayanan kesehatan negara-negara APEC nantinya mudah di akses, tepat guna dan efisien.

"Strategi kita harus menekankan pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dan kecacatan," harapnya.

Tidak hanya itu, Nafsiah juga mengharapkan upaya promosi kesehatan tetap berkoordinasi dengan lintas sektor serta terintegrasi dengan baik ke layanan rujukan, dengan pelayanan sekunder dan tersier. "Hasil yang diharapkan pada pertemuan ini adalah rekomendasi untuk membantu mencapai sistem kesehatan berkelanjutan di seluruh ekonomi APEC," imbuhnya.

Rekomendasi yang disampaikan dalam pertemuan ini, sambung Nafsiah nantinya mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan menurunkan biaya kesehatan individu, nasional dan antar ekonomi APEC.

"Rekomendasi ini akan disampaikan kepada Menteri APEC dan pemimpin dunia untuk dipertimbangkan dan disepakati pada Pertemuan Tingkat Menteri APEC dan Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC pada bulan Oktober ini," jelasnya.

Isu utama kesehatan dalam agenda APEC tahun ini, menurut Nafsiah akan mencerminkan pengakuan semua negara akan tumbuhnya ekonomi di antara anggota APEC. "Setiap individu harus mendapatkan derajat kesehatan tertinggi maka isu kesehatan harus menjadi tujuan penting dari ekonomi. Pemerintah Indonesia telah memilih isu kesehatan sebagai salah satu prioritas utama dalam kepemimpinan APEC," ungkapnya.[dit]

sumber: nasional.inilah.com

 

Indonesia Serukan Penguatan Kemitraan Kesehatan Global

Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa pada hari Rabu (23/9) memimpin pertemuan forum menteri kelompok inisiatif kebijakan luar negeri dan kesehatan global (Foreign Policy and Global Health). Pertemuan tersebut digelar di gedung Perutusan Tetap Indonesia untuk PBB di New York, Amerika Serikat.

Pertemuan dihadiri oleh 7 negara anggotanya, yaitu Afrika Selatan, Brazil, Indonesia, Perancis, Norwegia, Senegal dan Thailand. Dalam pertemuan itu, Indonesia selaku koordinator mengangkat tema "Memperkuat Kemitraan Kesehatan Global Dalam Kerangka Agenda Pembangunan Pasca-2015".

"Mengingat data dan kajian PBB tahun ini yang menyimpulkan bahwa dari delapan target MDGs, sektor kesehatan lah yang paling jauh tertinggal," ujar Marty dalam keterangan persnya kepada JPNN, Selasa (24/9).

Forum menyepakati bahwa kerangka kesehatan dalam agenda tersebut, ditujukan untuk pencapaian pemenuhan hak masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan tertinggi. Ditegaskan pula, proses pembahasan agenda pembangunan pasca 2015 tidak mengurangi komitmen dan berbagai upaya percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenia (MDGs).

Selain itu, diperlukan juga kerjasama dan koordinasi lintas sektor, lintas aktor serta lintas negara demi mengatasi hambatan struktural dan ekonomi. Dalam hal ini, negara-negara forum inisiatif FPGH menghimbau komunitas internasional untuk menguatkan kemitraan kesehatan global.

"Yang ditujukan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan akuntabilitas kemitraan kesehatan global," pungkasnya. (dil/jpnn)

sumber: www.jpnn.com

 

  • angka jitu
  • togel 4d
  • agen togel
  • slot 4d
  • bandar toto 4d
  • togel 4d
  • togel online
  • rajabandot
  • slot gacor
  • toto macau
  • toto macau
  • situs toto
  • situs slot
  • rtp live slot
  • toto slot
  • bandar slot
  • toto macau
  • bandar togel online
  • togel online
  • togel sdy
  • togel online
  • toto macau
  • hongkong lotto
  • hongkong lotto
  • situs slot
  • slot gacor
  • bandar slot 4d
  • bandar slot
  • bandar slot gacor
  • bandar slot gacor
  • bandar togel 4d
  • wengtoto
  • toto hk
  • slot dana
  • hk lotto
  • toto sdy
  • slot gacor
  • slot 5000
  • toto slot
  • toto macau
  • slot thailand
  • slot gacor
  • togel sidney
  • live draw sgp
  • Bandar Slot
  • bandar slot gacor
  • togel macau
  • toto slot
  • slot qris
  • slot toto 4d
  • Toto Togel 4D
  • sdy lotto
  • bola gacor
  • toto hongkong
  • toto slot
  • slot 5000
  • slot 5000
  • toto togel
  • slot 5000
  • slot 5000
  • slot 5000
  • situs toto
  • toto macau
  • slot 5000
  • toto slot
  • bandar togel
  • slot 5000
  • BATASRAJABANDOT
  • slot 777
  • slot gacor
  • slot gacor
  • Bandar Slot
  • Situs Slot
  • Bandar Slot
  • Slot Gacor
  • situs slot
  • situs slot
  • Situs Slot Gacor
  • Bandar Situs Slot Gacor
  • bokep
  • Slot Demo
  • situs togel
  • permainan slot
  • dewa slot
  • agent slot
  • slot toto
  • slot gacor
  • toto slot
  • toto slot
  • slot gacor
  • slot gacor
  • https://heylink.me/iblbettotoslot
  • slot88
  • situs toto
  • polototo
  • togel online
  • slot 5000
  • scatter hitam
  • slot online
  • slot online
  • slot gacor