Kemkes Belum Temukan Penyebab Kematian Misterius 31 Balita di Papua
Kementerian Kesehatan (Kemkes) hingga kini belum mengetahui faktor penyebab kematian 32 balita (bayi dibawah 5 tahub) secara misterius di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua, yang dikabarkan terjadi sejak Juni 2015 lalu.
"Hasil tim investigasi yang diturunkan Kemkes sepekan lalu, belum memberi kesimpulan atas kematian balita tersebut. Namun, beberapa temuan saat ini tengah diteliti di laboratorium kesehatan di Jayapura," kata Menteri Kesehatan (Menkes), Nila FA Moeloek, di Jakarta, Minggu (29/11).
Nila menuturkan, pihaknya segera membentuk tim investigasi, begitu mendapat informasi dari sosial media yanf menyebutkan adanya kematian secara misterius pada 31 balita di Papua. Tim investigasi terdiri dati 6 orang yang berasal dari tim crisis center Dinkes Papua, Laboratorium Kesehatan Daerah Papu dan Balai Litbang Kesehatan Biomedis, Kemkes.
"Mereka melakukan investigasi di 4 desa yaitu Opmo, Digilmo, Ottolama dan Yerusalem," ucap Menkes.
Dikemukakan, tim kesulitan menuju desa karena cuaca sedang buruk. Sehingga perjalanan dilakukan lewat darat selama 8 jam melewati perbukitan. Selain itu, masyarakat setempat juga tidak dapat berbahasa Indonesia. Untuk itu tim didampingi penterjemah.
"Tim kesulitan mengirim laporan segera, karena selama kunjungan ke desa itu tak ada sinyal sama sekali," tutur Nila.
Hasil pantauan di lapangan, Menkes mengungkapkan, tim tidak menemukan data resmi kematian balita di Puskesmas setempat. Kabar data kematian 32 balita yang beredar di media sosial, ternyata berasal dari omongan pendeta yang merasa warganya sudah lama meninggal.
"Data yang beredar adalah kompilasi kematian dari Juni 2015. Namun, saat dikonfirmasi ke rumah pasien, ternyata balita telah meninggal tahun lalu," ujarnya.
Tim juga menemukan belum terlihat ada hubungan kejadian kasus antara satu pasien dengan pasien lain, dengan kekhasan outbreak yaitu peningkatan insiden kasus di atas normal secara mendadak dalam suatu komunitas.
"Namun ada gejala yang hampir sama, yaitu berupa batuk, sesak, demam dan ada yang disertai diare," kata Nila menegaskan.
Kematian balita itu, diduga karena penduduk di Kecamatan Mbuwa tinggal di rumah honay yang menyatu dengan babi. Ruangan dalam rumah honay hanya setinggi anak kecil dan mereka biasa tidak menggunakan alas kaki.
"Sumber air terkontaminassi dengan kotoran babi dan air tidak pernah dimasak saat dikonsumsi,' tuturnya.
Ditambahkan, Tim Kemkes telah mengambil spesimen berasal dari orang dan lingkungan untuk diteliti di laboratorium kesehatan di Jayapura. Spesimen berasal dari orang yang sedang sakit dan kontak berupa specimen darah, swab anal, swab hidung, swab tenggorokan dan sputum.
"Pada Senin (30/11) ini, Kemkes kembali mengirimkan tim kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan imunisasi, membawa obat-obatan, makanan pendamping ASI, serta penyuluhan kesehatan," katanya.
Kemenkes meminta bantuan TNI agar dapat menembus lokasi dalam keadaan medan berat dan sulit diakses. (TW)
{jcomments on}