75 Persen Jemaah Haji Rentan Terpapar Virus Corona
Sebanyak 75 persen calon jemaah haji yang akan berangkat ke Arab Saudi pada Oktober mendatang rentan terpapar virus Corona Mers. "Mereka yang rentan adalah jemaah haji usia lanjut dan menderita penyakit kronis," ujar Fidiansjah, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, di kantornya, Jumat, 16 Agustus 2013.
Menurut Fidiansjah, saat ini hampir 50 persen jemaah haji Indonesia berada pada usia lanjut, yakni di atas 60 tahun. Sedangkan 25 persen lainnya ditengarai menderita penyakit kronis, seperti lemah jantung, diabetes, dan hipertensi.
Fidiansjah mengakui, sebelumnya sudah ada imbauan dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi agar calon jemaah haji usia tua, wanita hamil, dan anak-anak tak ikut pada musim haji kali ini. Namun, menurut Fidiansjah, imbauan ini sulit dilakukan karena mayoritas jemaah haji Indonesia memang berusia lanjut.
Hal ini sebagai imbas adanya masa tunggu keberangkatan haji yang berkisar 15 tahun. "Dalam kenyataannya, di Indonesia tak bisa karena yang mengantre rata-rata di atas 50 tahun." Pemerintah, kata Fidiansjah, pun akhirnya sulit mengikuti anjuran dari Kemenkes Arab Saudi. "Kami akan siapkan dan maksimalkan upaya preventif."
Upaya preventif yang dimaksud Fidiansjah adalah membekali para calon jemaah haji dengan pengetahuan tentang bahaya dan penyebaran virus Corona. Karena saat ini belum ditemukan vaksin yang bisa menangkal Corona, Kementerian meminta calon jemaah haji lebih meningkatkan kesehatan dan menjaga perilaku hidup bersih sejak sebelum berangkat hingga selama musim haji berlangsung.
Sebelum berangkat, para calon jemaah akan diminta makan makanan dengan gizi seimbang. Sedangkan selama di Arab Saudi mereka diminta untuk memenuhi asupan cairan tubuh. Pemerintah telah menyiapkan oralit untuk menambah cairan tubuh yang akan dibagikan kepada seluruh jemaah haji.
Para calon jemaah haji lansia dan yang berpenyakit kronis juga dianjurkan untuk mendapatkan vaksin influenza dan pneumonia sebelum berangkat. Vaksin ini, kata Fidiansjah, memang tak secara langsung berdampak pada Corona. "Vaksin ini paling tidak bisa mencegah calon jemaah haji dari influenza yang membuat mereka tercegah dari bahaya Corona."
Untuk memudahkan pemantauan kesehatan para jemaah haji, Kementerian Kesehatan telah memberikan pembekalan khusus kepada 1.556 tenaga kesehatan yang akan mendampingi jemaah selama musim haji. Mereka dibekali pengetahuan dan tindakan preventif bila mendapati adanya jemaah yang terindikasi terpapar virus Corona. Selain itu, petugas pendamping ibadah juga diberi arahan agar menganjurkan jemaah haji yang lansia dan menderita penyakit kronis untuk tak banyak melakukan ibadah sunah.
Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Bachrul Hayat mengatakan, ancaman penyebaran virus Corona pada musim haji mendatang sejauh ini belum mempengaruhi keberangkatan jemaah haji. "Tapi kami akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk memastikan jemaah kita selamat."
Saat ini jumlah jemaah haji yang akan berangkat tercatat 168.800 orang, yang terdiri dari kuota haji reguler sebanyak 155.200 orang dan kuota haji khusus sebanyak 13.600 orang. Mereka akan diberangkatkan dalam 382 kloter. Jumlah ini merupakan jumlah setelah terjadi pemotongan kuota haji sebanyak 20 persen karena adanya perbaikan di Masjidil Haram.
Menurut Bachrul, sejauh ini Kementerian Agama sudah mensosialisasikan kepada calon jemaah agar mempersiapkan diri supaya tetap prima pada saat pelaksanaan haji. Menurut dia, saat ini ada sekitar 3 persen jemaah haji yang berada di atas usia 65 tahun. Sedangkan jemaah haji anak-anak tidak ada karena pemerintah membatasi usia haji minimal 15 tahun. "Kalau jemaah hamil biasanya tak ada karena mereka sudah lebih dulu melakukan preventif. Kalau ada yang hamil biasanya mereka mengundurkan keberangkatan."
Saat ini Arab Saudi masih menjadi daerah endemi virus Corona. Sejak ditemukan di Arab Saudi pada September 2012 lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkonfirmasi terdapat 24 kasus penderita Novel Corona Virus dengan kasus meninggal sebanyak 16. Angka ini termasuk berbahaya karena risiko kematiannya di atas 50 persen. "Makanya kami terus antisipasi supaya jemaah kita tak terpapar virus ini."
sumber: www.tempo.co