Sejumlah wilayah di Indonesia masih banyak yang kekurangan tenaga dokter.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2012, terungkap bahwa dari 9.510 puskesmas yang ada di Indonesia, 14,7% di antaranya tidak memiliki tenaga dokter.
Selain itu masih terdapat 16,76% puskesmas di negara kita yang tidak memiliki jumlah tenaga kesehatan (nakes) minimal, yang terdiri dari 1 dokter, 1 perawat dan 1 bidan.
"Kita menghadapi situasi maldistribusi tenaga kesehatan yang merata. Imbasnya wilayah di kawasan Timur Indonesia banyak yang kekurangan dokter," sebut Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, usai rapat koordinasi tingkat menteri tentang "Pengembangan Tenaga Kesehatan Menjelang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan", di Jakarta, Senin (15/7).
Timpangnya rasio dokter antarwilayah, menurut Nafsiah, tergambar dari grafik rasio dokter yang disusun Kemenkes. Dia mengatakan rata-rata nasional rasio dokter di Indonesia adalah 36 dokter per 100 ribu penduduk. Dari jumlah itu, hanya 9 provinsi yang berada di atas rata-rata nasional.
Beberapa provinsi itu diantaranya DKI Jakarta (140/100 ribu), Sulawesi Utara (79,8/100 ribu), Yogyakarta (75,9/100 ribu), Bali (67,3/100 ribu) dan Sumatera Utara (47,5/100 ribu).
Sedangkan rasio terendah dokter kebanyakan memang di wilayah Timur. Posisi rasio terendah ditempati oleh Sulawesi Barat (8,8/100 ribu), NTT (10/100 ribu), Maluku (12,5/100 ribu), Maluku Utara (12,6/100 ribu) dan NTB (13,6/100 ribu).
Nafsiah menambahkan, pemerintah telah menargetkan minimal di setiap provinsi memiliki rasio 40 dokter per 100 ribu penduduk. Oleh karena itu telah dibentuk tim lintas sektor bernama Tim Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan (TKF-PTK). Anggotanya terdiri dari perwakilan Kemenkes, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Kementerian PAN dan RB.
"Pemerataan dokter perlu dilakukan untuk mempersiapkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada 2014 nanti," tuturnya.
Sampai Juni 2013, melalui program dokter pegawai tidak tetap (PTT), Kemenkes telah mengirimkan 1.426 dokter di wilayah sangat terpencil dan 825 dokter di wilayah terpencil. Untuk dokter gigi telah dikirim 510 di wilayah sangat terpencil dan 358 di daerah terpencil.
Namun program PTT ini, diakui Nafsiah belum bisa menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi kelangkaan dokter di wilayah terpencil. Pasalnya begitu masa PTT selesai, mereka kembali lagi ke daerah asalnya.
Untuk itu, pada tahun ini, pemerintah merekrut 3 ribu dokter/dokter gigi untuk dijadikan PNS yang ditugaskan di wilayah terpencil dan sangat terpencil. Nafsiah mengatakan mayoritas tenaga yang dikirim akan ditempatkan di wilayah Timur. Paling cepat, sambungnya, pada September 2013 proses penempatan sudah bisa dilakukan.
Rendahnya jumlah dan belum meratanya dokter di Indonesia juga diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono. Mengutip data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Agung menyatakan bahwa Indonesia termasuk dalam negera yang tingkat kekurangan tenaga kesehatannya sudah serius.
Pasalnya Indonesia merupakan salah satu negara yang rasio tenaga kesehatannya kurang dari 23 per 10 ribu penduduk. Selain negara kita, negara lain dengan kondisi serupa adalah Bangladesh, Bhutan dan India.
"Diperlukan waktu untuk mencetak dan mendistribusikan tenaga kesehatan ke sejumlah wilayah agar merata," tutur Agung. ( Cornelius Eko Susanto)
sumber: www.metrotvnews.com